The Missing Link O2


02 ALASTAIR
*

Pedati berhenti di halaman luas dalam sebuah rumah besar. Lima bocah di dalamnya, dikeluarkan satu per satu. Si kucing kumal menjilati wajah tuan yang baru ditemukannya. Bocah itu bangun. Saat itulah seorang pria kekar menyeret tubuhnya dari pedati. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan besar dekat sumur. Si bocah hanya memandangi sekeliling. Matanya masih samar karena masih tersisa lumpur di dalamnya. Rambut panjang sebahunya juga kaku, terkena lumpur yang mulai mengering. Semua bocah duduk dan menerima guyuran seember air. Pakaian mereka dilucuti, satu per satu mereka dibersihkan.

“Dengarkan aku!” kata si kekar.

“Kalian berada di rumah Tuan Saphiro. Beliau yang memungut kalian dari jalanan, beliau menyelamatkan kalian. Jadi, slav Tuan Saphiro akan membersihkan kalian sebelum jam pertemuan. Tersenyumlah untuk menghargai kebaikan beliau,” lanjutnya.

“Siapa namamu?” tanya seorang slav yang sedang membersihkan tubuh si bocah.

“Alastair,” jawabnya sembari menggigil.

“Aku Crispin,” sambung si slav. Ia juga masih bocah, usianya sekitar tiga belas tahun. Tubuhnya kurus, kulitnya kecoklatan dan senada dengan rambut ikalnya yang juga coklat pucat. Bola matanya hitam bulat. Ia tersenyum manis pada Alastair.

“Sepertinya kau akan jadi kesayangan ayah,” kata Crispin. Alastair tak menjawab apapun. Ia menerima begitu saja ketika Crispin menggosok tubuhnya. Membersihkannya dari lumpur dan kotoran.

“Kulitmu putih dan halus, aku tak yakin kau anak terlantar. Tubuhmu juga proporsional, tidak kurus juga tidak gemuk. Rambut hitammu indah. Lurus, lembut dan panjang sebahu. Semoga ayah menyukainya jadi kau tak perlu memotongnya,” kata Crispin. Ia tengah membersihkan rambut Alastair. Ia menyeka wajah Alastair yang bercampur lumpur.

“Kau juga tampan. Dan oh…” Crispin menghentikan kalimatnya. Tangannya terdiam sesaat setelah dia menyeka lumpur di sekitar mata Alastair.

“Matamu berwarna turquoise. Jarang aku menemukan anak yang bermata bangsawan sepertimu, Alastair. Jadi, sudah pasti kau akan jadi kesayangan ayah.” 

Alastair tetap diam. Dia membiarkan Crispin mengoceh sendiri. Ia diam karena tak tahu harus bicara apa. Ia bahkan tak tahu ada dimana sekarang dan sedang diapakan. Empat bocah lain yang datang bersamanya juga sedang dibersihkan. Mereka telanjang bersama para slav. Alastair hanya menyadari bahwa seluruh slav adalah bocah-bocah yang seumuran. Slav adalah pekerja di rumah para bangsawan. Mereka mengerjakan pekerjaan rumah tangga tertentu namun statusnya lebih rendah daripada pelayan. Karena pekerjaan slav tidak ada hubungannya langsung dengan si tuan rumah.

“Hey slav! Siapa yang mengizinkanmu bicara dengan tamu Tuan Saphiro!” seru si kekar sambil memukul kepala Crispin. Bocah itu tersungkur di depan Alastair, tapi ia hanya meminta maaf dan tersenyum riang seolah tidak terjadi apa-apa.

Para slav menarik diri, mereka menyelesaikan pekerjaannya. Crispin juga sudah selesai dengan Alastair. Saat ia hendak pergi, Alastair menyerahkan si kucing kumal untuk dibawa pergi bersamanya. Crispin menyembunyikannya di balik handuk basah. Ia mengangguk pada Alastair.

“Tersenyumlah,” bisik Crispin.

Lima bocah baru, dibariskan. Mereka semua masih telanjang. Alastair berada di urutan paling belakang. Si kekar memandu mereka menuju sebuah ruangan di dalam rumah. Mereka sampai di ruangan besar yang hangat. Di sana sudah ada lebih banyak bocah. Barisannya sudah mengular, dan mereka juga telanjang. Alastair mencoba mengintip apa yang terjadi di ujung barisan. Tapi ia tak melihat apapun. Mereka semua seperti sengaja dikumpulkan. Si kekar menutup pintu, sepertinya tak ada lagi yang datang. Kemudian, sebuah pengumuman menggema. Seseorang di depan sana tengah berbicara.

“Selamat datang di Manor Saphiro. Aku tahu kalian telah mengalami malam yang menyedihkan. Tapi jangan bersedih karena aku akan menjadi ayah kalian. Aku akan dengan senang hati menerima panggilan ayah dari kalian. Jadilah anak-anak baik yang membuat ayah bangga,” kata pria itu.

Kerumunan mulai riuh menanggapinya. Alastair melihat wajah-wajah tersesat itu akhirnya tersenyum. Tapi ia sendiri tetap tak menanggapi. Kemudian barisan mulai bergerak perlahan. Cukup lama Alastair berdiri menunggu pergerakan, hingga ia tak lagi merasa risih karena telanjang bulat. Ia mulai tak peduli dengan ketelanjangannya. Alastair memandangi bocah di belakangnya. Ternyata ada barisan baru yang menyambung di belakangnya.

“Dia akan memilih kita,” kata si bocah.

“Siapa?”

“Orang itu,” lanjutnya. Alastair masih tak mengerti. Ia memandangi sekelilingnya hingga lengan si kekar menyeretnya menghadap seseorang. Pria itu duduk dengan santai di kursi megahnya. Ia seolah seorang raja. Tubuh tambunnya, dibungkus pakaian sutera beraroma mawar yang terlalu menyengat. Cincin bermata batu permata memenuhi jemarinya, baik yang kiri maupun kanan. Matanya abu-abu sayu tapi juga licik. Alastair memandanginya dengan jijik.

“Bocah ini!” seru Tuan Saphiro.

“Ada apa tuan?” tanya si kekar.

“Bantu aku berdiri.” Si kekar membantunya berdiri. Ia menghampiri Alastair. Sangat dekat hingga keduanya bertukar tatap. Alastair masih dengan wajah datar tanpa ekspresi.

“Jangan tatap aku seperti itu, sampah!” maki Tuan Saphiro sembari melayangkan pukulannya pada Alastair. Ia tersungkur kemudian menyingkir dari barisan. 

“Tempatkan dia di istal!” teriaknya. 

Pelayan menghampiri Alastair untuk melapisi tubuhnya dengan kain tipis. Ia dan puluhan anak lainnya keluar dari ruangan. Seorang pelayan memandu mereka menuju bagian belakang, menuju istal seperti yang diperintahkan.
***


*istal: kandang kuda

Note Author:
Selamat menikmati episode selanjutnya dari serial spesial #nulisrandom2017 yang lumayan rada creepy. Oh maafkan jika pendek. Saya ga begitu dapet ide buat memperpanjang awalannya. Mungkin besok atau lusa bisa lebih panjang untuk mengejar target selesai di akhir Juni, hehe.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.