Si Kupu-Kupu



Kupu-kupu terbang rendah menghampiri seorang gadis yang rambutnya tergerai terbang diayun angin. Ia pandangi serangga indah itu. Berpikir begitu ringankah tubuhnya hingga ia bisa berselaras dengan angin. Gadis itu ingin jadi kupu-kupu. Terbang bebas. Terbang ringan. Riang gembira. Ia pun bangkit dari duduknya, berdiri dan ikut berlari bersama kupu-kupu kertas itu. Ikut bermain angin, namun tak bisa ikut berselaras. Sebuah seruan menghentikan langkah riang ringannya.

Ayahnya yang berseru, membawanya masuk. Seketika segaris tipis senyumnya langsung pudar. Kebebasan itu terbang jauh membumbung bersama kupu-kupu yang semakin jauh dari pandangan. Begitu si gadis masuk, ia hanya jadi boneka. Ia terima nasehat dari ayahnya. Ia terima nasehat dari ibundanya. Ia terima semuanya. Hingga dia terdampar di ruang tamu dengan dandanan nasehat ibunya. Gadis itu masih ingat betul rupanya saat terakhir ia mengamati cermin. Tepat sebelum ayah dan ibunda membawanya ke hadapan seorang pria yang gagah rupawan. Pria itu tersenyum, duduk nyaman menyambut kedatangan si gadis di ruang tamu.

Tanpa banyak basa-basi, si gadis telah dipinang. Ayah ibundanya tertawa bahagia, si gadis diam saja. Tersenyum karena magnet intimidasi gelak tawa ayahnya. Si gadis sebenarnya tak ingin tersenyum, tapi erat genggaman ibunda membuatnya tak berdaya. Ia hanya tak ingin mengecewakan. Tapi ia ingin terbang. Ia ingin menjadi ringan dan dia tahu sekarang bukanlah saatnya. Atau bahkan dia tak akan pernah mendapatkan kesempatan itu. Ia tak bisa menolak, ayah ibundanya setuju.

Pernikahan sudah tentu harinya, mereka bahkan bicarakan itu langsung. Si gadis dalam pingitan di kamarnya. Jauh dari riuh segala persiapan. Ia buka jendela sambil memandangi padang kupu-kupu. Hanya bisa memandanginya tanpa bisa pergi. Bahkan padang itu terlihat sepi dari kupu-kupu. Setelah menikah, ia tak lagi tinggal di rumah ini. Dia akan pergi bersama sang suami dan meninggalkan padang.

Seekor kupu-kupu menyelinap masuk lewat jendela. Si gadis hanya memandanginya dengan mata berkaca. Sambil menggelengkan kepala, ia terus menolak. Tapi dalam hatinya ia ingin terbang bersama kupu-kupu. Tapi secara sadar ia tahu bahwa itu tak mungkin. Secara sadar ia tahu bahwa kupu-kupu datang terlambat. Ia datang saat pernikahan sudah ditentukan. Si gadis menangis saat mengulurkan tangan dan melompat dari jendela.

Ia terbang bersama kupu-kupu. Ia benar-benar terbang. Tapi dia sadar, terbang bersama kupu-kupu ternyata tak seringan yang dia lihat. Terbangnya bukan sebagai kupu-kupu. Dia sadar bahwa menjadi kupu-kupu tak pernah mungkin baginya. Ia hanya calon pengantin yang dalam pelarian dengan kekasih hatinya. Si kupu-kupu.
***

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.