The Missing Link O1


01 PROLOG
*
Seorang bocah laki-laki di umur sekitar lima belasan tergeletak di tengah jalan. Benar-benar di tengah jalanan nan sepi. Tubuh kurusnya tertelungkup mencium tanah becek sisa hujan semalam. Tak ada yang tersisa. Hanya malam dingin yang mendaratkan sisa-sisa tragedi malam itu. Semuanya benar-benar telah menjadi sisa. Jelaga bergerak lembut di udara, terlihat putih menuju abu-abu dari jauh. Nyaris serupa dengan salju di musim dingin. 

Seekor kucing mendekatinya, berjalan terpincang dengan bulu kumal. Ekornya hanya tinggal tulang yang sisa kehitaman setelah terbakar. Ia mendekati si bocah, mengendus-endusnya. Kemudian mengelilingi tubuhnya. Seolah mencari mana bagian yang bisa dikunyahnya. Kucing itu memutuskan untuk menjilati hidung di bocah. Hujan turun, si bocah masih juga belum bangun. Si kucing juga tidak beranjak, ia bahkan berusaha menyisipkan tubuhnya di antara tubuh si bocah. Derak roda pedati melintasi jalanan yang memang sepi. 

"Bawa dia masuk," kata seorang pria dari dalam kereta kuda yang berjalan beriring dengan pedati.

Seorang pria bertubuh kekar turun dari pedati untuk mengangkut tubuh si bocah. Samar, si bocah terjaga, matanya hanya menangkap bayang samar dari malam. Juga merasakan kasar lidah kucing di kelopak matanya. Tangannya meraih si kucing dan membawanya bersama, masuk dalam pedati. Roda pedati berderak lagi. Mereka pergi.

Pergi.
Pergi.
Mereka pergi.

Mereka pergi di sisa malam. Malam menjadi saksi bahwa semua telah menjadi sisa. Malampun mungkin sudah berubah jadi sisa. Sisa tragedi. Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada sisa malam dan malam itu. Semua tergantung cerita si bocah laki-laki itu. Karena dialah sisa tragedi itu.
***


Note Author:
Yey, day 3 dari #nulisrandom2017 dan akhirnya saya punya ide series yang akan menemani saya melewati satu bulan challenge. Semoga bisa bertahan sampai akhir. Sampai tamat.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.