Dokumentasi Hidup Part 1


Jadi karena hari ini tidak ada kerandoman baru, dan agenda saya adalah beres-beres berkas. Maka post randomnya untuk #nulisrandom 2017 adalah tentang kerandoman saya di masa lalu. Yap. Ini literally random ya pemirsa. Maaf untuk skip hari ini karena urusan dunia nyata mendesak dan banyak. Juga menyenangkan.
***

1
Pada dasarnya hati manusia bukanlah bank. Dia bukanlah brankas yang tepat untuk menyimpan sebuah keyakinan. Seperti hari ini dan kemarin dan entah kapan. Hal itu terulang. Ketika aku terlalu percaya bahwa hati orang lain akan sama dengan hatiku. Bahwa jika aku baik maka akan kudapat kebaikan juga darinya. Tapi apa yang kudapat? Pengkhianatan. Lalu apa yang kulakukan? Hanya diam dan menyalahkan diri sendiri? Diriku. Aku kembali menyakiti diriku sendiri. Pengkhianat!!!!!

2
Never tell yourself, you should be someone else. Stand up tall and say: I'm not affraid, I'm not affraid." -WE ARE

3
Seseorang menawarkan kehidupan padaku. Sebuah ruang yang nyaman, aman dan tentunya terjamin. Tapi apa yang kulakukan? Aku justru melepas genggamannya. Aku berlari ke orang-orang sekarat yang sulit kutinggalkan. Entahlah nantinya mereka akan hidup atau justru aku yang akan ikut mati.
Kamis, 20 Agustus 2015

4
Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu. Kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku -SAMSONS

Terukir abadi? Kau bilang tak ada yang abadi? Cinta tulus? Menyatukan jiwa? Adakah aku di benakmu? Sebodoh apa hidupmu di dunia. Kau tahu, aku meragukan happy ending dan live happily forever. Hidup ini dunia nyata, penuh realita busuk. Belatung hidup dalam pikiran. Menggerogoti logika tentang kenyataan. Lalu nyatanya: terjebak dalam dongeng, mencintaimu dari balik ketidak percayaanku, lobang kekuranganku yang besar, juga cintaku padamu yang tak bisa begitu saja kulepas. Bahkan jika boleh, jangan izinkan aku melepasmu.
3 Maret 2015

5
Demokrasi adalah sebuah peta. Tapi akhirnya hanya untuk sebuah kuasa. Masyarakat akan mencari jalannya sendiri. Negara tidak dijalankan oleh Presiden, tapi dijalankan oleh kepala daerah.
Kamis, 15 Oktober 2015

6
Jika Perancis menguatkan kebudayaannya dengan ekspandi kolonialisme dalam sejarah dunia. Lalu bagaimana Indonesia menguatkan kebudayaannya di tengah globalisasi?

7
Ketika tidak ada orang yang peduli. Ketika hanya kau yang tahu perjuanganmu sendiri. Ketika kata teman tak berarti lagi. Tak ada guna kau memaki. Karena itu hanya tunjukkan bahwa kau merugi. Jalani. Pahit, asam, manis, getirnya hati. Pada saatnya, semua akan berarti. Karena sendiri, bukan berarti mati. Fight alone!
27 Oktober 2015

8
Retrouvailles: bahagia setelah sekian lama tak jumpa
Nocebo effect: sakit karena berpikir dirinya sakit
Placebo effect: sugesti diri untuk sembuh

9
Aku tak mau jadi bitang, meski jadi yang paling terang di langit malam sekalipun. Biarlah kau saja yang jadi bintangnya. Aku pilih jadi lubang hitam saja.

10
Dan hari ini aku telah bersyukur pada Allah swt bahwa aku telah terlahir di bumi pertiwi, dimana masih ada celah kekurangan jadi aku bisa jadi bagian dari perubahan perbaikan bangsa.

11
I don't wanna become the fuckin' garbage like you -VORTEX

Life, don't change my fate. God, entomb my hate -UNDYING

Yurusarenu negai ni yume wo mita. Kono me wa ima mo mada -UNDYING

I'm not insane, I'm not insane -ALMOST EASY
Now that I've lost you it kills me to say I've tried to hold on as you've slowly slipped away. I'm losing the fight. I've treated you so wrong, now let me make it right

12
JOKER
I'm going to destroy the world and retreat
Love someone... not because they give you what you need. But because they give you feelings you never thought you needed!

Only trust someone who can see these three things in you: [1] the sorrow behind your smile, [2] the love behind your anger, and [3] the reason behind your silence.

13
Yang mama ing‌inkan saat ini bukan tas mahal bermerk dunia. Yang bapa harapkan juga bukan sepatu kulit nan menawan. Yang Tepina lebih utamakan saat ini juga bukan hape android. Yang Nyama minta saat ini bukan sekardus mainan. Mereka hanya ingin aku pulang. Aku pulang. Pulang.

Sebuah permintaan sederhana yang bahkan sulit aku kabulkan. Sebuah perjalanan singkat yang kuputuskan tak dilalui. Lalu memilih diam di sini dan menangis sampai mataku bengkak. Bodoh. Tidak berguna. Tak punya makna. Cengeng. Aku benci diriku sendiri.

Apa guna pendidikan tinggi jika hanya memperlebar jarak antara anak dan orang tuanya. Apa guna pendidikan tinggi jika prosesnya menyiksa psikologi!

Semakin lama aku menempuh pendidikan tinggi, rasanya semakin jauh aku dari rumah. Sekali lagi, aku tak ingin jadi layang-layang di kota apalagi di ibukota. Aku tak mau jadi orang yang kikuk saat kembali ke daerah. Ke rumah. Jika boleh aku bernyanyi, " Percayalah padaku, akupun rindu kamu. Ku akan pulang. Melepas semua kerinduan yang terpendam".
Senin, 9 Januari 2017, PS: 11 hari menuju kematian [baca: deadline].

14
Hadiah dua puluh tahunku dari mama. Bukan doa yang muluk-muluk, bukan harapan yang mengekang. Bukan pula seruan otoriter dari seorang ibu. Sebuah harapan sederhana yang selalu mampu membuatku menitikkan air mata. Harapan yang selalu membuatku menetapkan rumah sebagai tujuan utamaku kembali. Yang selalu membuat kata pulang terasa begitu berarti. Harapan mama untuk melihat putrinya memakai jas rapi dan melangkah ke tempat semua orang ber-jas bertemu. Jika hari ini mama hanya melihat bayangan putrinya mengenakan jas di depan cermin. Maka harapannya, suatu saat nanti putrinya akan mengenakan jas dan berdiri di depan orang penting. Bukan hanya berdiri bodoh gagap menghadapi banyak orang penting. Tapi menjadi bagian dari orang penting itu.

15
Jarak menjauhkan tatap. 
Waktu akan tumbuhkan harap. 
Jarak dan waktu lagirkan rindu. 
Sebuah harap untuk saling tatap.
Dari rindu, seseorang akan belajar.
Tuk menghargai setiap pertemuan.
Seperti aku dan kamu.

16
Aku rindu kebahagiaan layaknya seorang bocah. Saat tak ada batasan dalam perjalanan. Karena sang bunda akan memagari dengan lengannya. Karena ayahanda akan merengkuhmu sebelum kau jatuh. Saat air mata hanya mengartikan kemarahan seorang bocah. Tanpa benci, tanpa dendam apalagi mengendap. Hanya tangis yang esoknya akan terlupakan. Layaknya mentari yang tak henti beredar. Sebuah mimpi konyol bentuk penyangkalanku. Bahwa aku adalah gadis dengan batasan. Bukan lagi bocah perempuan lugu. Yang tak bisa lagi kibaskan rok pelangi di taman seluas langit. Kadang begitu menyebalkan, saat memikirkannya. Banyak orang yang bilang bahwa menjadi dewasa artinya bebas. Kehidupanmu bermula, penjelajahan dari semua pintu telah terbuka. 

Lalu apalagi yang kau ragukan?

Pertanyaan konyol yang selalu ingin aku tertawakan. Semakin dewasa maka semakin kita sadari bahwa kita diburu waktu. Saat itulah keraguan akan menjadi kawan.

17
Pindah kos gampang. Bersihkan kos mudah. Bersihkan kenangan itu yang susah. -SUJIWO TEDJO.

18
I hope in 10 years, I can achieve all my dream (have a business, a lovelu live my small familly and traveling around Indonesia). I hope I can write down my adventures in a book. I want my life can inspire others.

19
Ini hujankah? Atau air mata?
Mengalir tanpa ada mendung
Jatuh sambil menggulung

Itu air mata? Atau dusta?
Menetes saat tawa
Membeku saat duka
Itu dusta? Atau cinta?
Datang tak dikira
Ketika pergi, malah dicari

Ini cinta?
Dan aku tak punya pembandingnya
Lalu kutemui kau di bulan
Kau bilang:
Ya, ini cinta
Ya, itu cinta

24 Agustus 2016

20
Ketika hujan, tak usah lagi kau cemaskan aku. Semenjak kita berpisah, aku tlah jadi normal. Terima kasih karena membuatku normal. 

Aku tak lagi menerjang hujan tanpa payung. Seperti saat pertama kali kita bertemu. Aku tak lagi suka menari di bawah hujan, seperti dulu sering kita lakukan bersama. Aku tak lagi tidur terlentang di hamparan rumput dan dihujami hujan. Seperti yang dulu sering kita lakukan bersama. Kau dulu tahu semuanya tentangku. Juga tentang hujan yang kucintai. Sampai cintaku teralihkan pada sosokmu. Padamu yang kini hilang. YA, hilang ketika kukhianati butiran hujan. Sekarang kau yang mengkhianati. 

Aku dikhianati.
Aku mengkhianat.

Karena itulah aku tak berhujan ria. Karena yang berkhianat tak bisa kembali bercinta. Kuharap kau pun begitu. Karena satu yang tidak kau tahu. Hujan ini terlalu lebat untuk diterjang.
***
bersambung...

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.