The Childhood of a Leader

Oke oke, bedah movie is back. Kali ini saya akan share bedah movie ala kadarnya tentang The Childhood of a Leader. Adakah di antara readers yang juga nonton film ini? Hmm, mungkin tidak yaa. Karena saya cari reviewers Indonesia tentang film ini di google juga ga ada. Mungkin saya yang pertama mengulasnya [Assiiik]. Warning yaa, ini bener-bener bahas full story. Jadi jangan harap ada yang tersembunyi [baca: full spoiler]. Happy reading...

Untuk yang tertarik baca full review secara ciamik dan sepertinya beliau penulisnya tahu betul tentang jalan ceritanya. Hehehe, coba cek Review: In 'The Childhood of a Leader', a Monster Made, Not Born
***
Ini dia tokoh utama kita. Si bocah eksentrik, Prescott
Judul : The Childhood of a Leader
Tahun : 2015
Durasi : 1 jam 56 menit
Sutradara : Brady Corbet
Cerita oleh: Jean-Paul Sartre

Yap, memang ini bukan film box office di Indonesia dan bintang-bintangnya juga bukan Hollywood yang biasanya mejeng di film besar. Kecuali Liam Cunningham dan satu nama, ada Robert Pattinson yang memainkan peran ganda di film ini. Kujamin kau akan pangling melihat tampilannya di sini. Tapi menurutku film ini menarik kok. Settingnya adalah era perang dunia. Dibuka dengan musik epik untuk backsound gambaran dokumenter item putih pada masa perang dunia. Pengenalan tokoh utamanya juga unik, dia hanya bocah laki-laki rambut ikal sebahu yang cantik dan sering dikira perempuan. Tapi siapa sangka bahwa film ini menceritakan tentang [penggambaran] seorang diktator. Tentang masa kecilnya, tentang keluarganya dan tentang keadaan yang membuatnya menjadi demikian. Inti yang ingin disampaikan film ini adalah seorang diktator tidak dilahirkan tapi dibentuk. Yap, ini cerita tentang Prescott [ Tom Sweet]

Prescott, dia laki-laki yaa. Jangan ketipu atau dia bakal marah

Hahaha, siapa ini? Yap Robert Pattinson tanpa unsur Cullen.
Dia main peran jadi Charles Marker.
PLOT
Plotnya dibagi menjadi tiga versi tantrum. Yang masing-masing punya klimaksnya sendiri dan akan membantu penonton untuk menyetujui endingnya. Akan kubahas satu persatu tantrumnya. 

The First Tantrum: A Sign of Things to Come
Si tokoh utama digambarkan sebagai bocah pemalu yang kurang percaya diri. Dia dan keluarganya baru pindah ke Perancis. Prescott bahkan lempar-lempar batu ke orang-orang di gereja hanya karena dia ga menganggap diterima oleh sekitarnya. Ia juga ga mau berteman dengan mereka meski ibunya bilang harus begitu. Ibunya keturunan Jerman dan sangat taat beragama karena ayahnya seorang misionaris. Dia juga bisa bahasa Inggris, Jerman dan Perancis. Ayah Prescott bekerja untuk Sekretaris Negara Amerika di bawah kepemimpinan Presiden Wilson. 

Mama Prescott [Berenice Bejo] dan Papa Prescott [Liam Cunningham]
Masalah utama yang dibahas di bagian Tantrum 1 adalah Prescott yang kurang perhatian dan selalu caper. Semua orang ga perhatian ke dia, bahkan pendeta di gereja juga panggil dia si Little Troublemaker. Satu-satunya yang perhatian dan yang paling dia sayangi adalah si Mona, pengasuhnya dan pelayan di rumahnya. Mona bahkan sering panggil Prescott, Darling. Selain kurang perhatian, Prescott juga tidak memiliki empati. Bahkan setiap kali disuruh minta maaf, dia balik bertanya untuk apa dia minta maaf. Dia sungguh ga pernah merasa bersalah atas tindakan yang menurut orang lain salah. Menjelang menit akhir tantrum 1, muncul Adelaide atau biasanya dipanggil Ada. Dia ini wanita cantik guru les bahasa Perancis Prescott. Dia juga lumayan perhatian ke Prescott. Ada memahami bahwa Prescott termasuk bocah yang pinter dan cepat belajar. Yang menarik adalah saat Ada tanya kewarganegaraan Prescott. Jawabannya sungguh tidak terduga untuk ukuran seorang bocah. Dia menjawab bahwa semua orang adalah citizens of the world (citoyens du monde). 

Mona [Yolande Moreau]
Ini si ibu guru cantik Adelaide [Stacy Martin]
Klimaks tantrum 1; Prescott pulang dari perayaan natal di gereja, dia ikut main drama tentang kelahiran Kristus gitu. Juga dia harus minta maaf ke semua orang yang hadir. Satu persatu dia ucap minta maaf di pintu keluar. Dia berdiri dekat bapa pendeta. Saat ada yang menyangka dia bocah perempuan, Prescott langsung marah dan pasang muka garang. Pulang, dia muntah karena keramaian tadi.


The Second Tantrum: A New Year
Ceritanya udah tahun baru. Nambah dewasa, tantrumnya juga makin aneh. Prescott mulai gagal fokus belajar. Dia malah penasaran dengan dada si Ada di balik baju putihnya yang nerawang karena sinar matahari. Dia terus pandangi Ada saat lagi pelajaran. Haduuh dasar si bocah ini. Hingga di suatu hari Prescott lihat si Ada berduaan dengan ayahnya di kamar saat si ibunya lagi ga di rumah. Pas makan malam. Prescott tanya ke ibunya apa si Ada juga kasih les bahasa Perancis ke bapaknya [si bapak salting, sentimen kepergok selingkuh hehehe]. Suasana setelahnya jadi rada canggung, si ibu curiga. Prescott nolak makan malam, trus dihukum. Dia ga boleh tidur atau masuk kamar sebelum makanan di piringnya habis. Mona suruh tungguin dia makan, eh malah berbaik hati bantuin Prescott. Klimaks ke Ada yaitu pas pelajaran, Prescott elus pipi ada dan kemudian pegang dada si Ada dengan wajah datarnya tanpa perasaan bersalah. Ada langsung marahlah dan suruh si Prescott minta maaf. Tapi dia malah balik tanya kenapa harus minta maaf [seperti biasa]. Ternyata dia udah biasa ngelakuin itu ke ibunya [p.s: ibunya baca soal feminism]. Ibunya punya dan baca buku The New Feminine Health and Beauty [tentu saja dalam bahasa Perancis].

Eyaa, awalnya cuma atasnya aja.
Eh malah turun ke bawah, dasar budak bangor...
Adelaide : (MUKA MARAH) You have to apologise when you make someone uncomfortable.
Prescott : (MUKA POLOS TAK BERDOSA) I'm sorry for making you feel uncomfortable
[Me, WKWKWKWK : Dasar bocah HENTAI]

Entah bagaimana jalannya perang, tiba-tiba banyak politikus kumpul di rumah Prescott. Sepertinya si bapak merencanakan makar [waduuh]. Sekelumit yang para politikus itu obrolin sekitar Marxism, Comunism, Capitalism, tentang revolusi industri dan batu bara Jerman. Di antara keriuhan itu, Prescott masuk ke ruang rapat untuk nyari Ada [wkwkwkwk kampret banget ini bocah]. Bapaknya rada pasang muka kesel gitu sih, mungkin dia masih sebel soal kepergok selingkuh. Eh, saat si bapaknya ga jawab malah dia dikira cewe sama temen-temen politikus bapaknya. Langsunglah si Prescott pundung. Dia balik ke kamar dan masuk lagi ke ruang rapat dengan telanjang. Bapaknya marah, dikejar, dibentak eh malah balik bentak [Prescott imitating perintah dan sikap si bapaknya] yang tegas, disiplin, kaku bahkan terkesan galak.

Prescott naked, dasar hentai nekad
Prescott ngurung diri di kamar. Katanya sih mogok ga mau makan dan ga mau keluar. Bahkan ibunya bilang biarin gausah dikasih makan. Mona dengan baik hati menyelundupkan makan dan juga buku bacaan Prescott; The Lion and the Rat. Dia belajar baca buku berbahasa Perancis itu sendiri. Sesekali Mona masuk untuk mendengarkan dan bantuin Prescott belajar. Eh malah ketahuan si ibunya. Mona dipecat [sedih sih]. Prescott marah ke ibunya, sebagai balas dendam, dia belajar sendiri dan ga mau diganggu. Si Ada balik untuk ngajar seperti biasa, Prescott suruh Ada panggil ibunya. Trus dia pamer sudah lancar baca cerita berbahasa Perancis. Dia bilang udah bisa belajar sendiri jadi ga butuh bantuan Ada lagi. Jadilah si cantik Ada dipecat. Ada semacam kepuasan di wajah si ibu ketika dia pecat Ada, mungkin karena dia juga curiga bahwa Ada selingkuhan si bapak. Setelah itu Prescott rada akur dengan ibunya. Bahkan diajak jalan-jalan, tapi ditolak dengan alasan mau fokus belajar. Dia juga ga mau punya teman. Prescott kembali ngurung diri di kamar, ibunya ga peduli. Asyik dia berduaan sama si Charles dan kepergok si bapak. Sebagai pelampiasan, si bapak marah ke Prescott, dia dipukuli. Lengan kanannya patah.


The Third Tantrum: "It's a dragon..."
Perang berakhir. Pindah ke Versailes dan siap adakan pesta perayaan. Prescott masih mondar-mandir dengan lengan yang masih belum sembuh sepenuhnya. Rumah ramai dengan persiapan pesta. Pas mulai jamuan makan malam, Prescott disuruh mamanya buat pimpin doa. Klimaks tantrumnya, dia nolak sambil teriak-teriak liar ga mau pimpin doa karena ga percaya dengan doa lagi. Bapaknya marah, suruh dibawa ke atas. Si ibu juga marah, Prescott masih terus teriak-teriak. Akhirnya dia pukul si ibunya sampai berdarah. Si bapak marah, dikejar-kejar sampai jatuh di tangga.

Naik ke kursi dan teriak-teriak di depan undangan.
Padahal mau makan loh
ENDING
New Era: Or Prescott, the Bastard
Prescott sudah gede sodara-sodara. Dia nongol dengan angkuhnya dari dalam mobil antik. Dari gayanya sih dan pakaiannya, sepertinya dia berperan sebagai seorang pimpinan militer. Dan Prescott gede adalah Robert Pattinson lagi.

PLUS-MINUS
Saatnya paragraf dengan cabe rawit sekilo. Hmm, sebenernya film ini cukup membingungkan dan muncul banyak pertanyaan di kepala. Penggambaran karakternya hanya fokus pada kepribadian dan konfliknya. Tentang asal usul dan kejelasan siapa dia, bekerja untuk siapa, perang antara siapa dengan siapa, juga di pihak mana dia berada kurang ditunjukkan dengan detail. Akibatnya penonton harus mencari jawaban sendiri yang ada dalam percakapan-percakapan antar tokoh. Percakapannya juga terkadang terlampau berat di sejarah masa lalu yang kurang diketahui banyak orang. Sepertinya potongan-potongan sejarah dan tokoh-tokohnya adalah mereka yang jarang terekspose. Aku juga rada keteteran di awal hingga pertengahan. Bahkan di bagian akhir aku juga googling tentang apa dan siapa sih mereka yang ada di film ini, hehehe.

Poin plus dari film ini, simbolisme sangat tersampaikan. Apalagi di bagian ending, orang-orang berkumpul dan bersorak, militer berjajar dengan seragam ala tentara Jerman, logo bintang dalam bendera merah, musik perang dunia nan epik, semuanya keren. Penggambaran Prescott dewasa [Robert Pattinson] masih sama dengan punya Prescott kecil. Keduanya sangat mirip. Mulai dari ekspresi wajahnya, cara bicaranya, bibirnya, sampai detail bulu matanya. Meskipun Prescott dewasa digambarkan botak dan tambahan brewok tebal, tetap ada sisi feminisme Prescott kecil. Nice. Juaranya lagi, saat Prescott dewasa keluar dari mobil, sangat terasa aura diktatornya. Film ini rupanya tidak ambil pusing dengan siapa diktator yang coba digambarkan melalui cerita panjang masa kecilnya. Mungkin saat kelihatan aura diktatornya, orang-orang akan menebak, oh ini childhood-nya Hitler atau Lennin atau yang lainnya. Ternyata bukan. Ternyata dia adalah Prescott sang diktator. Berarti sudah jelas kan bahwa film ini hanya ingin menggambarkan bagaimana lingkungan dan didikan orang tua menjadikan seorang bocah besar sebagai monster. Dan uniknya lagi, penonton ga diberi tahu nama si bocah tokoh utamanya sampai ia besar. Ya, aku juga baru tahu bahwa nama dia adalah Prescott di bagian akhir.

Prescott kecil
Prescott dah gede dan botak. Robert Pattinson [lagi]
See? mata mereka mirip kan?
Penggambaran setting tempatnya sangat detail dan meyakinkan. Mulai dari pakaian, dandanan, alat-alat rumah tangga, mobil, semuanya mendukung lah. Seolah-olah film ini mengantarkan penonton untuk bersafari ke Perancis era perang dunia. Nuansa kota kecil tempat Prescott tinggal yang tenang digambarkan melalui beberapa view menyejukkan. Kemudian penggambaran suasana akhir perang dunia yang meriah dan era kemunculan sang diktator benar-benar epik. Bahkan shoot detail arsitektur bangunan dan adegan-adegan sibuk para politikus pasca perang dunia dibuat secara epik. Tentu saja ditemani dengan musik misterius.

Pekarangan belakang rumah lamanya Prescott
View-nya bagus kan? Itu Ada lagi jalan bareng Prescott

Ini rapat bahas semacem deklarasi damai, entah sesuatu.
Epik gedungnya.
See? Tentara berbaris rapi, bendera simbolik, dan Prescott nongol
Salah satu kelebihan lain film ini adalah pencantuman referensi. Jadi di bagian credit, dicantumkan nama-nama yang mengilhami jalan cerita, penciptaan karakter dan kisah-kisah di dalam film. Mungkin inilah cara director menyampaikan kejelasan atas pertanyaan penonton mengenai siapa dan dalam sejarah mana film ini berada. Referensi tokoh yang dicantumkan adalah:

1. Hannah Arendt, seorang teoretikus politik Jerman yang digambarkan sebagai seorang filsuf meskipun dia menolak predikat tersebut. Menurutnya, filsafat berkaitan dengan manusia secara singular, sedangkan karyanya fokus pada kenyataan bahwa bukan manusia saja yang hidup di muka bumi dan menghuni dunia ini. Karena itulah dia menyebut dirinya teoretikus politik. 

2. John Fowles, seorang novelis Inggris yang fokus menulis mengenai modernism dan postmoderism. Karyanya banyak merefleksikan  pengaruh dari Jean-Paul Sartre dan Albert Camus. 

3. Robert Lansing, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat [Menlu ke 42], bekerja di bawah kepemimpinan Presiden Woodrow Wilson. Merupakan salah satu anggota dari American Commission to Negotiate Peace di Paris 1919.

4. Margareth McMillan, ada banyak tokoh yang muncul dengan nama ini. Karena saya belum yakin jadi kosongi dulu yaa. Kalau teman-teman menemukan kejelasan soal siapa Margareth McMillan yang dimaksud di film ini, langsung komen saja. Nanti saya update tulisan ini, hehehe. Makasii.

5. Robert Musil, penulis berkebangsaan Austria yang karyanya menginspirasi banyak karya modernisme. Bahkan disebut sebagai penulis yang paling penting dan paling berpengaruh dalam perkembangan novel modern.

6. Jean-Paul Sartre, adalah seorang filsuf dan penulis Perancis. Ialah yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme. Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.