ME #4: IDAMAN KINGDOM ANIMALIA

"Kamu tuh punya feromon ke binatang-binatang tau," kata tetangga kamarku. Mantan teman sekamar di asrama dan sekarang jadi tetangga kamar di kostan yang sama.

Ah, masa sih? Awalnya aku rada ga percaya. Aku bahkan tanya apa itu feromon [dasar cupu]. Oke, jadi feromon adalah semacam zat penggaet sesuatu atau seseorang. Intinya memunculkan ketertarikan, yang membuat sesuatu atau seseorang tertarik untuk mendekatimu. Hmm, pengertiannya cukup seksi. Cewe dengan tingkat feromon tinggi, hwahahaha pasti banyak cowo yang antri. Tapi buatku, feromon ini cuma ngefek ke binatang-binatang. Aku ini idaman Kingdom Animalia.

Ya, kuakui dari kecil memang dekat dengan urusan beternak dan kenal berbagai macam binatang. Ada banyak binatang piaraan yang pernah dan masih tinggal di halaman belakang rumahku. Bapa pernah piara kambing dan aku yang kasih makan ketika bapa ke Jakarta. Kambing makan tiga kali sehari dengan waktu yang nyaris sama dengan manusia. Tapi bisa juga dua kali saja, asal porsi pagi atau malamnya lebih banyak. Mama jagoan soal berternak unggas. Pernah piara entok/ mentok, ayam juga sampai sekarang masih ada. Bukan cuma piara dan digendutin untuk dipotong ya, tapi dikembang biakkan. Sampai beranak pinak punya banyak generasi. 

Entok terkenal garang dan suka nyosor kalo lagi kelaperan. Tapi aku ga pernah disosor padahal aku yang kasih makan mereka. Ayam juga aku yang kasih makan dan rajin kandangin pas sore hari bahkan aku beri nama. Seliar-liarnya ayam jago, masih bisa takluk dan dengan santai kutangkap loh. Padahal kalo adeku yang nangkep, bisa heboh sampai dia kesel sendiri dan ngumpat-ngumpat ga jelas minta potong ayam. Nah ini salah satu dilemanya, aku sering ga tega kalo ayam yang kubesarkan dan kuberi makan setiap hari harus dipotong. Meskipun ketika udah dimasak, enak juga sih. Bukannya tidak rela ya, cuma ya begitulah. Mungkin ikatan batin antara ayam itu dan feromonku sudah sangat kuat. Jadi, syarat potong ayam piaraan adalah; aku ga boleh lihat pas dia digorok dan harus aku yang cabut bulunya. Titik. Setelah itu aman. Bahkan aku makan dengan lahap sebagai bentuk apresiasiku pada si ayam. 

See? Ayam tuh imut-imut pas masih pitik.
Enak digoreng kalo udah gede, hahaha sadis mode.
Aku pernah punya ayam yang sejak dia kecil main bareng. Ketika dia gede, dia selalu ikut aku kemanapun perginya [masih di sekitar rumah yaa], misalnya jalan ke rumah mbah, ke warung, buang sampah. Aku jadi induknya. Lebih tepatnya, jadi The Queen. Ikan juga begitu, memberi pakan ikan lele di bak kecil belakang rumah sudah biasa. Lelenya gendut-gendut dan mantap pas digoreng. Sedih juga pas harus goreng si lele. Saat ini ikan cuma ada dua sih, di toples pula. Satu ikan bethik [mirip sepat] dan satu sisir melik. Setiap kali aku nepok nyamuk, kukasih ke mereka deh.

Zaman SMA ada kucing liar yang mampir dan ngorek-orek bak sampah belakang rumah. Ternyata dia laper dan tertarik bau duri belut goreng hari ini. Dia kurus banget dan mengenaskan, awalnya dia langsung lari pas aku buka pintu. Tapi dia cuma jaga jarak dan tetap diam di sana sambil pandangi aku. Aku diem dan duduk di depan pintu. Ga sampe lima menit, dia mendekat. Kembali ngorek-orek tempat sampah tanpa peduli dan waspada ke aku. Inikah efek feromonnya? Hahaha waktu itu ga sadar. Sungguh. Setelah kejadian itu, dia sering datang dan sering juga kuberi makan. Semakin lama, dia semakin percaya. Bahkan dia tidur di bagian belakang rumah, di atas tumpukan karung. Awalnya mama ga setuju piara kucing liar. Bapa juga no comment. Tapi aku semakin ngotot dan si mpus mencuri perhatian orang rumah. Dia bisa nangkep tikus dan bapa pro. Kan lumayan punya hunter tikus ketika lumbung padi di rumah masih penuh setelah panen. Akhirnya mama pro, jadilah dia kucing piaraanku yang pertama. Namanya Cime binti Cipluk [ex nama kucing mama] bin Puspa [ex nama kucing bapa]. Bahagia punya kucing. Sedih pas dia mati. Dan aku kutuk tetanggaku yang ngeracuni Cime.

Sewaktu di Bandung, interaksi dengan binatang-binatang ga begitu sering. Yang masih sering ketemu adalah kucing. Di Salman juga banyak kucing dan pasti nempel numpang duduk atau numpang lewat minta dielus sama The Queen, jhahaha. Puncak bahagiaku adalah pas bulan Februari kemarin adopsi kitten. Aku, piara kucing di kostan. Omaigat ga pernah terbayang sebelumnya. Namanya Mewa, jantan, anak haram [kebobolan] mama Anggora dan papa domestik. Di antara semua keheningan kost yang ditinggalkan sebagian penghuninya wisuda, Mewa jadi teman setia. Dia bahkan teman makan, tidur, nyuci piring, nyuci baju, liatin hujan, teman tendang-tendangan, teman buat dipeluk, teman pipis di malam hari, teman jaga pintu depan kamar mandi. Ah, segalanya lah. Bahkan kita mudik bareng dari Bandung ke Purbalingga naik bis. Kau tahu judul perjalanan kami apa? Pejantan tangguh dan cewe strong, jhahahaha.

Aku bahagia dengan feromon atau apapun ini. Inti dalam berhubungan baik dengan binatang adalah, kau baik ke mereka maka mereka akan baik ke kamu juga. Ah, setelah dibaca lagi aku merasa seperti Snow White. Tapi, kalo princess itu anggun banget, maka aku versi ga anggunnya. Intinya, aku bukan princess yang nyanyi dan nari bareng burung, rusa dan kelinci. Aku peternak ayam, entok, kambing, lele dan penakluk kucing. Salam feromon.

3 komentar:

  1. Hai peternak dengan kekuatan feromon atau si pemilik kekuatan feromon yang menjadi peternak...
    Jadi ingat Luca Pyon, salah satu tokoh di komik "Alice Academy" yang punya alice feromon juga, bisa menaklukan dan disayangi semua animal. Bisa dibilang dia King of Animal Kigdom..
    Kalo Abang?

    BalasHapus
  2. Hwaa, ada yang mampir. Halo, Agen D... Aku mau menaklukan si King of Animal Kingdom aja. Hahahaha

    BalasHapus
  3. Ihh tadinya mau main penasaran dengan anonim tp baru ngeh dengan "kalo abang". Udah tuh, ketahuanlah Hihihi.Kalo mau menaklukan si King of Animal Kingdom boleh juga tuh, kebetuan dia mengalami cinta tak sampai dengan tokoh utama ceweknya, wkwkw...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.