ME #6: SENYUM ITU PERIH

Hmm, bagi yang terbiasa membaca tulisanku, atau mungkin mengikuti kicau dan fotoku di sosial media mungkin akan tahu. Yap, aku menulis dengan ramah dan bahasa santai seolah aku ini memang ramah di dunia nyata. Dalam bahasa tulis juga aku banyak menyampaikan hahaha, hehhehe, ihi, aha dan berbagai ungkapan ekspresif. Tapi kalo ketemu aku di dunia nyata mungkin sangat berbeda. Kata orang-orang dekatku, pertama kali ketemu bikin ragu buat kenalan dan berteman. Katanya mukaku jutek dan garang, ga ada senyumnya sama sekali. Yap, aku cuma ekstrovert dalam tulisan. Banyak orang yang menyarankan aku untuk sering-seringlah tersenyum. Biar ga pada minggir duluan sebelum tahu ramah di dalam diriku ini, hehehe.

jajaja,

Berhubung tulisan ini memang membuka satu-persatu tentang aku, jadi akan kubuka. Senyum itu sakit, perih buatku. Loh, kok gitu? Kalo senyum ya tinggal senyum aja. Yap, hal tergampang yang bisa dilakukan untuk menunjukan keramahan memang dengan senyum. Sekali lagi, buatku tidak. Jadi entah karena apa [aku menduga efek mirip onta sih] bibirku kering setiap hari. Bukan hanya keringnya yang perlu difokuskan, tapi jemariku juga 'gatel' buat mencabik-cabik permukaan kering itu. Ini kebiasaan buruk yang entah dimulai dari kapan. Kupikir bahkan dari kecil, dari sekolah dasar aku udah punya kebiasaan sadis ini. Mengelupasi bibirku sendiri sampai tanganku puas. Ya, tanganku belum bisa dan belum mau berhenti kalo masih ada bagian yang kering. Aku sudah coba menghetikannya dengan kesadaran sendiri, tapi mereka bergerak seolah di luar kesadaranku. Orang-orang di rumah yang selalu rajin patroli save bibir Bela. Bapa, Mama juga adeku yang paling kecil adalah kandidat relawan of the year. Mereka selalu tabok tanganku pas mulai mendekati bibir. Noh, protektif sekali kan hehehe.

Emang ga sakit? Ya, banyak yang tanya seperti itu. Jujur, SAKIT woii PERIH. Apalagi kalo si jemari kebablasan nariknya. Bisa terlalu dalem, bisa terlalu panjang ketarik atau terlalu lebar. Hasilnya berdarah. Iya ini beneran, keluar darah semacam luka lecet. Ngilu aku nulisnya. Rasanya juga ngilu. Nah kadang bibirku merah merona sempurna [kalo dilihat dari jauh] meski ga pake lipstick sekalipun. Pas keadaan seperti itu, tolong jangan di zoom bibirnya yaa... serem. Merahnya karena sudah disobek bagian luar yang keringnya jadi merah darah gitu, ahahaha horor dah. Kemudian di pagi harinya, bagian yang berdarah akan item kering da keras. Lalu tahapan berulang lagi, seolah ga bisa berhenti.

Kalo dipikir baik-baik, kebiasaan buruk ini muncul saat aku lagi 'ndongong', atau ketika dua tanganku ga ada pekerjaan lain. Jadi, ketika ga ada orang [ataupun ada orang] dan tanganku bebas tanpa kerjaan ya pasti itu terjadi. Karena itulah menulis menjadi salah satu terapi supaya hilang si kebiasaan buruk itu. Tapi tetap saja kan, pasti ada jeda waktu tertentu yang tangan bener-bener dalam keadaan free. Misalnya pas lagi mandi, boker, menjelang tidur, bangun tidur, dan lainnya. Ah iya lupa, kebiasaan buruk ini juga nongol tanpa sadar ketika aku lagi mikir keras, khawatir, takut dan keadaan yang membuat keadaan tangan tidak terkontrol. Selain nulis, aku juga biasa ngegambar [cek ig kalo mau tahu, hehehe promo], buat kerajinan, buat origami [lipat kertas], kirigami [potong kertas] juga.

Jadi bagi teman-teman yang merasa dijutekin olehku, sungguh minta maaf. Bukan bermaksud seperti itu atau membuatmu merasa seperti itu. Sungguh bibirku kadang perih kalo ditarik buat senyum jadi aku wakilkan dengan anggukan kepala. Sungguh, aku pengin banget senyum sebanyak mungkin ke semua orang yang aku temui. Bahkan banyak yang bilang aku sombong karena kalo ketemu ga senyum. Plis, mulai detik ini setelah kau baca tulisan ini kuharap ga ada lagi prasangka seperti itu yaa. Aku ingin ramah, aku ingin balas senyummu tapi itu perlu perjuangan. PERIH WOII. Noh sekarang bukan cuma perih di bibir tapi perih di hati juga. Hehe untuk kali ini cukup sampai di sini yaa, aku ga mau menulis panjang lebar tentang si perih itu, bikin ngilu sendiri.

Hahahahaha, Smile.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.