THE MISSING LINK 13


13 THE LOVERS
*

Ivory berlari ke arah istal. Ia bahkan masih mengenakan pakaian tidurnya dan tak mengenakan alas kaki. Tak ia pedulikan tatapan para pelayan dan slav yang terlewati langkahnya. Ia hanya tak ingin kehilangan Crispin. Saat Ivory bangun tidur pagi ini, tak ada Crispin di kamarnya. Ia juga tak ada di ruangan khusus slav pribadi. Jadi, ada kemungkinan Crispin kembali ke istal. Tapi begitu Ivory sampai di rumah istal, sudah sepi. Hanya ada lima slav yang ia temui.

“Ada dimana slav yang lain?”

“Mereka ada di ruang karantina. Banyak yang demam, Tuan Ivory.”

Ivory kembali berlari menuju ruang karantina. Demam dan alasan sakit, mereka tengah mempersiapkan penjualan. Pikiran Ivory hanya tertuju pada Crispin. Ia terus berlari hingga ia menemukan Crispin di pertengahan jalan. Ia juga tampak terengah-engah karena habis berlari.

“Tuan Ivory, akhirnya aku menemukan anda,” kata Crispin sambil mengatur nafas. Ivory terdiam haru melihat Crispin. 

“Kau membuatku takut, Pin.”

“Maaf,” sambung Crispin. Senyumnya mengembang.
*

“Kau tidak bercerita apapun. Kau tiba-tiba menunjukku jadi slav pribadimu. Kau berlari ketakutan ke istal seperti orang gila untuk mencariku. Tapi setelah ketemu, kau hanya diam saja. Apa kau yakin tak mau membagi cerita yang kau pendam sendiri itu, Ivory?”

Ivory masih diam. Ia duduk di kursi ruang mandi, sementara Crispin tengah membersihkan telapak kaki Ivory. Hanya ada mereka berdua di ruang mandi. Ivory memerintahkan semua slav pergi dan meninggalkan Crispin bersamanya. Crispin hanya tersenyum, ia tahu bahwa diamnya Ivory berarti sebuah jawaban.

“Ayah sudah memindahkanku. Aku sudah resmi jadi slav milikmu, Tuan Ivory. Jadi kau tidak perlu berlari ketakutan seperti hari ini lagi. Sepertinya banyak hal yang harus kuketahui darimu. Apa makanan favoritmu?”

“Apapun yang menurutmu enak.” Crispin tersenyum.

“Minuman favoritmu? Tentang teh yang harus kusajikan? Tentang biskuit yang kau sukai? Sepertinya aku harus banyak belajar.”

“Sajikan saja Pin. Aku akan memakannya.”

“Kau punya alergi? Kau punya makanan yang tak kau sukai?”

“Gluten. Tepung terigu, tepung gandum.”

“Wah, berarti untukmu kami harus mengganti penggunaan tepung terigu dan tepung gandum. Sepertinya akan merepotkan. Tapi aku akan melakukannya dengan baik,” kata Crispin lagi.

“Pin…”

“Ya?”

Ivory tak melanjutkan kalimatnya. Crispin menanggalkan satu per satu pakaian Ivory. Ivory langsung masuk ke bak mandi, berendam air hangat dan membiarkan Crispin menggosok punggungnya. Masih ada diam di antara keduanya. Ivory tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan karena baginya, melihat Crispin saja sudah cukup. Crispin juga tak lagi bicara, ia hanya fokus membersihkan tubuh Ivory.

“Apa kau sudah minta maaf pada Lady Seraphina? Sudah tiga hari berlalu dan dia belum kembali mampir ke rumah kita. Menurutku, kau harus menyapanya kesana. Bagaimanapun juga, kau yang bersalah.”

“Aku tidak melakukan kesalahan, Pin.”

“Fiuh, akhirnya kau bicara juga.”

“Pin, apa tidak ada hal yang membuatmu takut?”

“Aku takut Lady Seraphina sakit hati dan tak dapat memaafkan tindakan gilamu. Karena itulah aku ingin kau segera meminta maaf padanya.”

“Aku tak akan meminta maaf.”

“Dasar keras kepala. Lady Seraphina sangat istimewa, jadi kau tak boleh mengecewakannya. Kau harus menjaganya dengan baik.” Crispin berhenti menggosok pungung Ivory, dia bahkan menjauh dari bak mandi dan dari Ivory. Bukan hanya dari Ivory tapi juga dari tatapannya.

“Pin?”

“Aku takut hal itu terjadi lagi,” gumam Crispin. Suaranya bergetar, ia tak bisa menahan tangisnya. 

“Aku takut hal-hal bodoh yang kau lakukan pada Lady Seraphina akan membuatmu celaka. Segera minta maaflah padanya, bodoh! Aku tak ingin kau menghilang!” Ivory tersenyum mendengar kalimat Crispin. Ia segera keluar dari bak mandi untuk memeluk Crispin dari belakang. Memeluknya erat karena ia juga tak ingin kehilangan Crispin.

“Aku tak akan menghilang. Dan aku juga tak akan membiarkanmu hilang, Pin. Kau adalah punyaku,” gumam Ivory.

Pintu ruang mandi diketuk, Crispin menyerahkan kemeja linen putih untuk segera dikenakan Ivory sekedar untuk menutupi ketelanjangannya. Crispin segera membuka pintu, seorang slav muncul dari baliknya. Ia berbisik pada Crispin. Tak lama kemudian Lady Seraphina menerobos dan segera menyergap Ivory yang tengah mengancingi kemejanya. Lady Seraphina memeluk Ivory erat sambil sesenggukan. Ivory terkejut luar biasa.
*

Ivory dan Lady Seraphina berada di taman bunga samping rumah. Lady Seraphina duduk di atas rerumputan, Ivory mengajaknya minum teh dengan suasana piknik di taman. Ivory masih diam saja sambil menghabiskan tehnya.

“Aku minta maaf karena keterlaluan padamu,” kata Ivory kemudian.

“Kau sepertinya tak sepenuh hati meminta maaf padaku. Jika kau memang menyesal, harusnya kau datang ke manor Clematines dan menemuiku. Kau justru mendiamkan aku selama tiga hari dan membuatku datang kemari untuk menemuimu,” gerutu Lady Seraphina.

“Temanku yang mengatakan bahwa aku harus meminta maaf. Aku tak berniat meminta maaf karena aku tak merasa bersalah atas apa yang kulakukan hari itu. Aku hanya memenuhi janjiku,” sanggah Ivory.

“Itulah yang membuatmu menarik, Ivory.”

Ivory tersenyum setengah menyeringai. Dalam hati, ia rayakan kemenangannya atas Lady Seraphina. Strateginya berhasil. Ia berhasil membuat kesan di hati sang Lady. Ivory merebahkan kepalanya pada pangkuan Lady Seraphina. Dengan begitu, ia berhasil menatapnya lebih lekat lagi.

“Lady…”

“Kau menarik perhatianku, Ivory.”

Angin berhembus sepoi, rambut ikal Lady Seraphina ikut bergerak tersapu angin. Wangi bunga semerbak dibawa angin. Juga helai-helai daun dan mahkota bunga yang jatuh dari tangkainya dan menari di udara karena dimainkan angin. Lady Seraphina terlihat sangat menikmati sejuknya taman. Ivory juga menikmati indahnya senyum Lady Seraphina. Mereka berada jauh dari para pelayan dan slav, ya Lady Seraphina yang meminta jarak itu untuk bisa bicara hanya dengan Ivory. Tiba-tiba Ivory terpikirkan pembicaraan Crispin. 

“Lady Seraphina, bolehkah aku bertanya satu hal padamu?"

"Tentu saja, Ivory. Aku akan menjawab apapun pertanyaanmu," balas Lady Seraphina.

"Apapun?" pancing Ivory.

"Ya, apapun. Hanya untukmu."

"Kau sangatlah istimewa. Semua orang di rumah ini bahkan rela mempersembahkan apapun untuk kebahagiaanmu. Tapi di antara semua itu, kau malah memilihku. Aku sama sekali tidak istimewa."

"Ya, kau istimewa Ivory."

"Lalu, apakah aku juga akan menghilang jika aku mengecewakanmu? Mereka bilang, tak ada satupun yang tetap hidup setelah membuatmu kecewa. Kurasa aku sudah berulang kali membuatmu kecewa bahkan marah. Apa hari ini aku akan menghilang?"

Lady Seraphina hanya tersenyum. Ia semakin mendekat, bahkan Ivory bisa merasakan hembusan nafas Lady Seraphina di wajahnya. Mereka begitu dekat, saling menatap dan Ivory berharap ia tak salah langkah dengan menanyakan hal semacam itu.

"Kau tak akan menghilang. Bahkan jika semua orang di dunia ini mencoba menghilangkanmu. Aku yang akan berdiri tegak untuk mempertahankanmu.” 

“Mengapa begitu, Lady?”

“Kau telah menjadi yang paling bermakna untukku, Ivory. Kau telah menjadi bagian dari keistimewaanku. Maka dari itu kau istimewa.” Lady Seraphina menyapu bibir Ivory dengan lembut. Ivory hanya diam saat sang Lady melakukannya. Kemenangan mutlak, begitulah hatinya bersorak. Crispin tersenyum bahagia melihat keduanya berbaikan. Meskipun dari kejauhan, ia tahu bahwa Lady Seraphina tengah mencium Ivory. Ia berbahagia untuk mereka. Kecuali tatapan Giles yang terlihat dipenuhi kemarahan.
***

Author's Note:
Halo semuanya, seperti agenda bulan November, Alastair akan lanjut tayang setiap minggu terbit dua kali [karena keseluruhan cerita sudah selesai]. Semoga menikmati.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.