Manusia Amnesia akan Tuhannya

Sudah baca berita soal pemberian kewarganegaraan oleh Arab Saudi pada seonggok robot bernama Sophia? Semoga sudah, atau setidaknya pernah dengar judulnya di portal berita online. Ini mengenaskan dan saya hanya akan share opini pribadi soal hal menggelikan ini. Siapa tahu kita sependapat, kalau tidak juga tidak apa. Toh saya menuliskan ini bukan untuk meminta persetujuan. Yosh, kita mulai. Ini salah satu videonya, dari The Jakarta Post.
*

*
Rasa ingin tahu dan rasa haus akan ilmu pengetahuan memang luar biasa. Manusia menggunakan akalnya untuk memikirkan banyak hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Atas nama ilmu pengetahuan yang bertuhankan logika, penemuan demi penemuan terlahir di laboratorium. Penciptaan demi penciptaan lebih banyak lahir ke dunia. Logika seolah menjadi di atas segalanya. Lalu manusia lupa akan kodratnya sebagai manusia. Dengan segala kejeniusan akal dan tajamnya logika, mereka tak bisa tidak membuat apapun. Bahkan mereplika buatan Tuhan. Mereka mengubah seonggok besi, memberinya akal lewat program, melapisinya dengan bahan semirip mungkin dengan kulit manusia, membuatnya bicara, berkedip, tersenyum dan katanya bisa merasakan emosi seperti manusia. Lalu mereka menyebutnya manusia, memberinya pakaian, memberinya nama hingga yang keterlaluan adalah memberinya kewarganegaraan.

Sementara di luar sana, masih banyak manusia yang jelas-jelas manusia] masih terlunta-lunta tanpa kepastian mendapatkan haknya sebagai manusia. Contoh paling dekat ya tentang Rohingya yang bahkan tidak diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar. Lalu si robot tengil ini muncul dan diberi kewarganegaraan. Bahkan jelas-jelas disebutkan bahwa warga negara adalah manusia. 

"Menurut Turner, warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang tinggal dan hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu. Turner pula menegaskan bahwa warga negara adalah anggota dari suatu kelompok yang hidup dalam aturan-aturan pemerintah." [Sumber]

Mereka itu menyebut dirinya para ilmuwan, profesor, jenius, peneliti, akademisi yang tentunya pandai di atas manusia rata-rata. Tapi mereka bodoh dalam hal sederhana seperti ini. Hanya karena mereka terdengar lebih unggul di kalangan manusia, mereka ingin mengambil alih pekerjaan sempurna dari Sang Maha Pencipta. Manusia amnesia akan Tuhannya, dan robot yang amnesia akan jati dirinya. 

Sebenarnya apa yang ingin dicapai manusia dengan menciptakan robot yang dibuat semirip mungkin dengan manusia? Bahkan jika dia dilapisi bahan setara kulit manusia, dia tetap seonggok mesin dari besi. Bahkan jika dia mengedipkan matanya atau tersenyum, itu hanya sebuah program. Mengapa manusia sampai begitu semangatnya untuk mereplika perasaan manusia hanya untuk robot. Ya, robot ini bisa bicara dan bercanda seperti manusia. Iya, dia bicara tapi tidak dengan suaranya sendiri, dia tak punya pita suara. Dia menggunakan suara manusia lain untuk menjadi default bicaranya. Tentang bercanda, seberapa lucu memang bercandaan seonggok robot? Paling juga bercandaannya kaya di film-film Hollywood yang mana para robot [yang menyadari dirinya robot dan mirip atau bahkan lebih baik dari manusia] akhirnya menginvasi manusia. Robot bisa tersenyum, itu hanya perkara mudah, tarik saja dua sudut bibirnya pasti senyum kan. Dia bisa ngakak tidak, dia bisa membuat lawan bicaranya ngakak tidak, dia tahu kenapa manusia tertawa tidak? Tentu saja tidak.

Meski batu sekalipun bisa bicara, bukan berarti dia hidup 'kan?

Jika para robot mirip manusia ini diciptakan dengan alasan untuk mempermudah hidup manusia, membantu pekerjaan manusia dan lainnya, bukankah manusia juga ada? Bukankah masih banyak manusia yang harusnya lebih dapat perhatian daripada robot yang punya kewarganegaraan. Ini konyol.

Atas nama apapun, atas kepentingan apapun dibalik penciptaan Sophia, saya memang tidak sepandai para jenius yang membuat Sophia bergerak layaknya manusia. Tapi maaf saja, saya kontra dengan pengembangan robot yang semirip mungkin dengan manusia. Bukan saya menolak kemajuan teknologi dan kejeniusan manusia. Saya hanya menolak lupa bahwa mereka para jenius itu bisa berbahaya jika lupa bahwa mereka hanya manusia yang tidak lain hanya ciptaan Tuhannya.
***

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.