Menulis, Menulis dan Menulis ala Tere Liye

Nah, untuk postingan kali ini sebenarnya agak telat dibahas yaa. Tapi tak apalah. Jadi pada Hari Sumpah Pemuda kemarin, Sabtu 28 Oktober 2017, saya datang ke event yang ada Bang Tere Liye. Iya Bang Tere yang bukunya melimpah dan quotesnya sering ditebar banyak orang itu.
*
Sebagian karya Bang Tere Liye.
Sebagiannya aja sudah banyak yaa, apalagi semuanya

AWAL PERJALANAN
Acaranya dimulai dari 15.30 sampai 20.00 dan ga ada penjelasan soal detail rangkaian acara. Jadi untung-untungan dapet sesi Bang Tere atau gak nya. Saya datang jam setengah lima, karena sedikit ga niat soale sendirian dan harus ke gedung yang paling saya hindari [hahaha, abaikan]. Begitu sampai nih, ramai banget dah dan saya jombs. Akhirnya memutar langkah, eh ternyata jalan yang saya jadikan tempat pelarian malah ditutup karena ada renovasi. Jadilah saya memperpanjang jarak tempuh dengan sok cool berjalan lurus terus. Mungkin ini buah dari kesombongan dan sikap sok cool saya [hehehehe], jalannya BUNTU. Wah dalam hati, isinya sudah ada para penghuni kebun binatang dan [kamvret, kamvret, kamvret]. Dengan berat hati, saya memutar dan melewati jalan yang tadi dilewati. Kamvretnya lagi adalah, si mas-mas yang dari tadi ga beranjak seolah menyadari bahwa saya hanya berputar-putar, dia nyengir lah [ini sangat kamvret moment]. Bodo amat lah, akhirnya saya ke lokasi dan saat itu denger nama Bang Tere dipanggil untuk naik ke atas panggung. Wah beruntungnya... saya tepat waktu.

TALK SHOW
Jadi, ini acara bentuknya talk show tentu saja seputaran Tere Liye dan dunia kepenulisan. Posisinya ga enak buat nulis di notes jadi saya ketik di notes hape [meskipun ini sebenarnya lebih tidak saya suka]. Isi talk show ini yang akan saya share. Selamat menyimak.
*

Tentang PENULIS
Bang Tere bilang, dia bukan penulis tapi dia ini seorang akuntan karena studinya adalah akuntasi. Katanya, semua orang juga sebenarnya adalah penulis dengan penjabaran nulis status facebook, chat di wa, line, bbm, caption instagram dan banyak media sosial lainnya. Bahwa penulis itu bukan profesi melainkan hanya sebuah hobi. Memang menulis bisa menghasilkan uang dan pendapatan, tapi tidak secepat profesi kantoran lainnya.

Ada juga pesan jitu untuk menjadi penulis ala Tere Liye. Bahkan dapat jaminan karir kepenulisan Tere Liye sebagai jaminan keakuratannya. Pesan inilah yang saya tulis dan garis bawahi sebagai wejangan penting, sebagai penulis, sebagai pemenuh janji. Pesannya adalah konsisten menulis 1000 kata per hari selama 180 hari nonstop. Lalu mulai membaca tulisan dari awal di hari ke 181. Ini jika dilakukan, jaminan anda bisa jadi penulis, begitu tuturnya. Berani coba?

Tentang INSPIRASI
Kalo Bang Tere punya tiga inspirasi nih dalam menulis; buku, perjalanan dan bertemu orang bijak.

1. BUKU, penulis yang baik pasti juga pembaca buku yang baik. Karena menulis itu membutuhkan inspirasi dari tulisan yang baik pula. Baca buku apapun pasti akan menginsprasi. Jangan sampai seorang penulis, menulis karyanya tanpa membaca bacaan bagus.

2. PERJALANAN, harusnya pada masa  muda ini, pemuda-pemuda sudah menjelajahi paling tidak setengah negrinya. Dengan perjalanan, akan banyak inspirasi yang ditemui tentang apa yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Jika belum bisa setengah negeri, minimal keluar dari daerah tempat tinggal atau setengah pulau [saya merantau ke Bandung bang]

3. Bertemu dengan ORANG BIJAK, nah kata Bang Tere, Orang bijak tidak harus Aristoteles, Socrates atau Plato. Orang bijak adalah orang-orang di sekitar kita yang bisa menginspirasi. Dan kata menginspirasi tidak harus berkaitan dengan cerita sukses jadi milyarder jadi profesor atau semacamnya. Menginspirasi itu semacam berbagi pengalamannya lalu menjadikan orang yang mendengar jadi tahu tentang perjuangan.

Bukan hanya soal inspirasi, Bang Tere juga membagi cerita soal bosan menulis dan writer's block. Ternyata untuk penulis yang sudah pro juga sering mengalami kejenuhan. Bedanya adalah cara menghadapinya. Untuk Bang Tere, kunci melewati writer's block adalah nonton. Nonton apapun, entah itu ke bioskop atau cuma nonton streaming di laptop. Yang menghambat proses kreatif dalam penulisan itu bukan writer's block nya tapi kemalasannya. Mager untuk kembali menulis itulah yang harus dibuang. Cara terbaik adalah ingat kembali janji dan komitmen menulisnya. Itu yang susah juga. Hahahaha saya masih kesulitan. Bahkan jika sebuah tulisan sudah masuk WBZ [Writer's Block Zone] langsung saya tutup buku ganti judul lain, hahahaha bukan tipe pejuang.

Tentang MENULIS
"Menulis itu hanya sekedar hobi, Dek," begitu kata Bang Tere. Dengan ramahnya, beliau sapa kami "Dek" sepanjang acara. Terus menulis dan konsisten menulis buku itu akan terasa sama dengan menjalani hobi biasa. Menarik ini [hahaha]. Inti dari pembicaraan soal menulis ini, saya merangkum sendiri menjadi: Menjadi penulis itu adalah tentang pemenuhan janji. Janji untuk disiplin menulis. Karena tidak ada cara cepat untuk menghasilkan penulis. Karena yang ada adalah pelatihan yang panjang. Menulis beda dengan menyanyi, penulis beda dengan penyanyi. Penyanyi yang bagus bisa lahir dari kontes menyanyi. Tapi penulis tidak, jikapun penulis memenangi sebuah kontes menulis namun dia tidak lagi berkarya, maka dia akan hilang sebagai penulis.

Menulis memang perlu motivasi, apapun motivasinya tidak ada yang salah. Motivasi ingin kaya, ingin terkenal, ingin keliling dunia, semuanya benar. Tapi jangan salahkan jika karir kepenulisannya pendek jika hanya berpegang pada motivasi semacam itu. Lalu apa motivasi paling kuat? Jawabannya sudah disebut berulang kali. Jadikanlah menulis sebagai hobi. Itu motivasi terkuat Tere Liye.

Jadikan menulis sebagai keseharian, karena siapapun dan apapun pekerjaannya, semua orang bisa jadi penulis. Dan dengan menulis akan lahir sebuah buku, buku bisa berumur ribuan tahun. Sebuah karya yang lebih abadi daripada penulisnya. Sebuah cita-cita Bang Tere adalah ingin membentuk satu generasi yang berkesempatan membaca karyanya. Misalnya dari kecil baca buku Bang Tere, sampai remaja masih baca buku Bang Tere, sampai menikah bahkan sampai punya anak dan buku yang dibaca anaknya ini adalah buku Bang Tere. Bukan satu buku untuk sampai satu generasi, tapi banyak buku. Itu membawa sebuah tantangan baginya untuk senantiasa produktif menulis. Wah keren banget kan? Abadi dalam karya.

Tentang TERKENAL
Menurut Bang Tere, penulis yang baik itu yang produktif, bukan yang terkenal. Karena dasarnya, yang dikenal dari seorang penulis adalah karyanya, tulisannya. Tentang orangnya tidak begitu penting. Tapi pandangan tiap orang kan berbeda-beda namun ini yang dianut Bang Tere. Saat sesi tanya jawab, ada yang bertanya kenapa di bagian belakang bukunya tidak ada biografinya sama sekali. Lalu jawaban Bang Tere ada dua; pertama ingin hidupnya tenang [wah ini introvert sekali], kedua, penulis itu sejatinya hanya dikenal tulisannya [saya setuju]. Bang Tere juga cerita soal yang satu ini. Pas diundang di sebuah acara dan MC memperkenalkannya pada audiens kemudian: 

"Mari kita sambut, Mbak Tere Liye."

Nah serentak kami semua ketawa mendengar penuturan akan pengalaman uniknya ini. Si MC kenal dia sebagai penulis banyak novel. Bahkan beberapa judul novelnya disebut tuntas oleh si MC. Tapi hanya karyanya yang dikenal, dia bahkan tidak tahu kalau sang penulis novel-novel itu bukan seorang perempuan. Ini sebagai gambaran yang gamblang dari alasan yang kedua. Saya cuma manggut-manggut. Iya sih.

Menurut Bang Tere, menahan keinginan untuk terkenal ini cukup sulit dilakukan. Apalagi pamer ini itu memang sudah jadi bagian dari sifat dasar manusia. Untuk terlihat lebih wow daripada yang lain, hingga apa-apa langsung cekrek dan post di sosmed. Semakin hits, semakin banyak like-nya maka bisa dibilang semakin terkenal. Lalu apa yang membuat Bang Tere sedemikian teguh memegang prinsip bahwa penulis hanya dikenal dari karyanya? Kata Bang Tere sih kalau mau posting foto atau sesuatu pikirkan dua hal; tentang penting / tidaknya hal itu diposting dan mendesak/ tidaknya keinginan untuk posting. Bahkan saat sesi book signing, Bang Tere bilang tidak mau foto bersama, kalaupun foto, harus janji tidak di share. Hahahaa, ini orang KEREN [begitu komentar saya]

Dan setelah pulang ke kosan jadi memikirkan ide untuk hapus foto-foto di instagram [hahahaha]. Tapi ternyata saya masih terlalu enggan untuk menghapusnya, labil ini bocah. Saya akhirnya minta tanda tangannya saja di notes dan saya share juga ternyata ke teman-teman [haduuh, masih belum bisa tegar untuk tidak pamer]


P.S.: Bang Tere itu sangat menginspirasi dan santai sekali. Dia datang pakai kaos oblong, celana jeans gendong ransel dan sendal jepit gunung. Wow, jadi ini yang namanya penulis pro [dalam hati saja] hahaha.

Terima kasih bang, saya sangat terinspirasi untuk terus menulis dan berbagi. Meskipun cuma di blog ala kadarnya ini. Seperti kata Bang Tere, tulisan itu akan lebih baik jika dibagi, tidak masalah jika nantinya akan dibukukan. Karena penjualan buku tidak berhubungan dengan share tulisan di internet. Buku itu akan tetap laris jika memang baik.


Adz.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.