Review Pirates of the Caribbean: Daddy Barbosa!


Yeay, ini dia yang saya tunggu. Sempet pengin nonton sih, apalagi dulu pas banget lagi di Bandung dan tinggal nunggu wisudaan. Eh apa daya saya lebih kangen rumah dan budget pas-pasan, akhirnya pilih beli tiket pulang daripada nonton bioskop [maklum, jombs]. Jack de Sparrow, ato Johnny Depp yang saya tunggu yaa, tidak penting. Yang terpenting adalah saya akhirnya nonton pirates, aye! Yosh, kita mulai reviewnya.
***


Judul : Pirates of the Caribbean
Sub judul         : Dead Men Tell no Tales
Tahun : 2017
Durasi : 2jam 9menit
Sutradara         : Joachim Ronning & Espen Sandberg


Plot
Jack Sparrow dikejar sepasukan dead man yang dikapteni oleh Salazar. Mereka mati dan kena kutukan di segitiga karang, diceritakan bahwa kompas Jack yang jadi kunci semua kemalangan mereka. Nah, suatu hari, Jack menjual kompasnya demi sebotol rum [sangat Jack], akhirnya komplotan Salazar bebas dari segitiga dan berlayar bebas meneror lautan. Di setiap kapal yang ‘dimakan’, Salazar tidak membunuh semua anak buah kapalnya. Tapi menyisakan hanya satu orang. Untuk apa? Untuk menceritakan kisah tentang Salazar yang lagi berburu Jack Sparrow. Kenapa dia menyuruh orang lain untuk menceritakannya? Nah ini kalimat epic Kapten Salazar yang jadi sub-judul franchise kali ini: because dead man tell no tales. Jadi intinya adalah pelarian lain dari Jack Sparrow dan sebuah harta lainnya. Begitulah selalu, ini masih Pirates of the Caribbean dengan musik epiknya [yang juga ajeg, mungkin sudah patennya]

Salazar

Petualangan dengan para generasi kedua. 
Yap, bisa dibilang begitu. Karena di film kali ini Jack digandeng anak-anak muda yang lebih berbakat dan berpendidikan daripada generasi pertamanya. Ada Henry Turner yang membuka film karena dia masuk sebagai ABK di kapal Kerajaan Inggris. Masih ingat Turner kan? Berhubung saya bilang di awal bahwa mereka ini adalah generasi kedua, maka iya. Henry adalah putra William Turner dan Elizabeth Swan. Tujuan dia ke laut adalah untuk mencari ‘trisula Poseidon’ yang kabarnya bisa memecahkan semua mitos di lautan. Tentu saja Henry pengen melepas ayahnya dari kutukan kapal Dutchman. 


Sedangkan satunya lagi adalah Carina Smyth, gadis astronom dan horologis [ahli penghitung waktu]. Si mbak Carina ini sangat logis dan bahkan tidak percaya akan mitos lautan sampai dia melihat sendiri pasukan Salazar. Saya ga liat tujuan besar dari seorang Carina sih. Dia hanya lari saja dari eksekusi karena dianggap penyihir, dan [entah beruntung atau sialnya] ketemu sama Jack lalu ketemuan sama Henry. Carina ini super pinter apalagi dia berada di antara para pirates dengan batok kepala mereka yang dungu. Dia menjadi satu-satunya yang bisa membaca peta yang tidak bisa dibaca [the map that can’t be read by men]. Alasannya mudah saja, karena dia woman bukan men. Ya, peta itu adalah bintang-bintang. Ayahnya yang mengenalkannya pada bintang-bintang dan astronomi lewat sebuah buku diari. Namanya saja diambil dari nama bintang yang paling terang di utara, Bintang Carina. Ada semacam kerinduan akan ayahnya saat dia bicara soal buku itu dan tentang astronomi. Tebakan saya saat nonton adalah Mbak Carina ini akan menemukan ayahnya di akhir film. Dan itu benar saja.

Jack, Henry dan Carina

Mulai tersentuh unsur ilmu pengetahuan
Berbeda dari film-film sebelumnya yang murni membahas tentang mitos di lautan dan harta karun luar biasa. Film kali ini mencoba menambahkan atau bahkan mengambil alih banyak bagian untuk ilmu pengetahuan. Seperti Carina yang membawakan peta pelayaran yang baru bernama bintang-bintang, juga penghitungan garis bujur berdasarkan penghitungan waktu. Juga muncul nama Galileo Galilei. Film ini seperti ingin menjalankan garis waktu seiring dengan penambahan franchise mereka dan tentunya penambahan umur Jack sendiri. Seolah ingin mengabarkan pada para pemirsa bahwa film ini mengalami kemajuan zaman. Setting waktu yang diceritakan adalah saat banyak perempuan ditangkap karena dikira penyihir lalu dieksekusi. Ini adalah era saat ilmu pengetahuan mulai menggeliat maju hanya saja tidak dinikmati oleh kaum perempuan. Meskipun masih ada mitosnya. Seperti Black Pearl yang bebas dari dalam botol dan kembali berlayar.

The Black Pearl

Trik elit ala pelitnya Hollywood
Semua penonton sudah tahu bahwa Jack selalu eksentrik dan semua hal khas yang melekat padanya. Rum sampai mabok, tidak punya tujuan, kejahatan yang konyol, kemiskinan [ya, semua orang juga tahu bahwa Jack itu super miskin], penjara, eksekusi mati yang gagal, cewe cakep yang pemberani dan mitos yang meliputi harta buruannya. Semuanya sudah tahu itu. 

Lihat ini, pasti sudah biasa

Ini juga biasa. Karena muka default dia memang fool begitu.

Tapi menariknya, di film ini menunjukkan sisi Jack Sparrow yang belum pernah diketahui sebelumnya. Sebuah alasan mengapa seorang Salazar si El Capitan Del Mar mengejar bajak laut kere seperti dia. Ya, sebuah flash back masa muda Jack yang mengagumkan. Dan itu keren banget. Bahkan saya sampai ulang berkali-kali di bagian itu. Nah inilah stategi kelas film Hollywood. Jadi, menurut saya, franchise ini akan berakhir jika sisi tokoh utama sudah tergali semua. Di sini, si Jack Sparrow masih sangat misterius sebagai tokoh utama. Penonton belum pernah diajak berkenalan lebih dekat dengan si tengil ini. Selain di permukaannya, siapa yang tahu Jack? Sisi yang coba ia sembunyikan di balik mabok tiap hari, siapa yang tahu? Ayah yang disapanya di film sebelumnya, paman yang ketemu dan reunian di penjara di film ini, siapa yang tahu? Apa itu bener-bener papa Jack? Apa paman yang di penjara itu bener-bener uncle nya Jack? Siapa yang tahu? Bahkan uncle-nya Jack juga diperankan oleh tokoh VIP, Sir Paul Mc. Cartney.

YOUNG JACK!

Uncle Jack

Daddy Barbosa
Dari awal kemunculannya, Hector Barbosa selalu jadi idola saya. Di antara bodoh dan dekilnya kehidupan bajak laut, hanya dia yang muncul sebagai bajak laut elit. Barbosa yang terkadang bisa konyol dan keren dalam satu film. Barbosa juga bisa menjadi menyebalkan layaknya bajak laut, yang jarang punya loyalitas ke satu pihak dengan menimbang-nimbang untung rugi bagi dirinya sendiri. Barbosa emang digambarkan selalu berseberangan sama Jack meski di beberapa kesempatan mereka akur. Seperti di film ini, keahlian Barbosa dalam negosiasi sangat dipamerkannya. Ketika dia dengan mudahnya buat deal ke Salazar bahwa dia bakal tangkap Jack, Salazar setuju. Eh, ketika Barbosa ketemu Jack dan dia tahu tujuan Jack mencari trisula Poseidon, dia malah buat deal sama Jack. Ini orang memang kampret.

Daddy Barbosa

Di antara semua keelitan dan kekampretan Barbosa, ada sisi romantisnya juga. Bahkan menurut saya ini adalah bagian paling menyentuh dari semua adegan yang ada Barbosanya. Meskipun yang paling bikin haru adalah saat Barbosa jadi penghulu yang nikahin Will dan Elizabeth di atas Black Pearl di tengah serbuan Davy Jones [nyahahaha]. Kali ini ditunjukkan bahwa Barbosa sudah lama berlayar dengan berpegang pada peta bintang-bintang. Dia bahkan tahu nama bintang paling terang, Carina dan dia juga tahu bintang mana yang harus diikuti saat berlayar dan untuk pulang. Dia semakin bikin saya suka sama big daddy yang satu ini. iya, dia ini ayahnya Carina Smyth. 

Pertemuan Barbosa dengan putrinya bisa dibilang cukup mengharukan. Tapi tidak cukup untuk menurunkan death flag yang berkibar dengan gagah. Di film sebelumnya juga ditampilkan hubungan ayah dan putrinya dalam dunia bajak laut, yaitu si Blackbeard dan putrinya. Lalu endingnya Blackbeard mati untuk ketamakannya. Barbosa juga pada akhirnya dapat ending serupa Blackbeard, death flag itu nyata. Barbosa mati [atau setidaknya tertelan air sampai dasar laut] saat melawan Salazar dan untuk menyelamatkan Carina. Memang sih saya berharap ada banyak lagi adegan keayahan Barbosa dengan putrinya. Tapi mau bagaimana lagi. meskipun ada kemungkinan kalau Barbosa akan nongol lagi di film-film berikutnya. Entahlah, ini kan Pirates of the Caribbean. Siapa tahu nantinya benar-benar demikian. Ya, semoga saja. I love you, Hector Barbosa!


Tentang ending
Ya, awalnya sempet pesimis dan berpikir bahwa ini adalah film terakhir dari franchise Pirates of the Caribbean. Apalagi setelah semua mitos dan kutukan di lautan sudah diangkat. Yang paling bikin deg-degan adalah jarum kompasnya Jack yang langsung mengarah ke utara begitu dibuka. Saya yakin itu bukan kebetulan apa yang Jack inginkan ada di utara, melainkan efek dari hilangnya sisi mistis lautan. Saya sudah duh, ini beneran the end. 

Kompas menuju utara?

Lalu sisa waktu setelah credit cukup lama, pertama nonton langsung saya skip [karena nonton di leptop]. Lah setelah dibuka lagi saya sadar akan keanehan credit yang tayang terlalu lama durasinya, akhirnya saya skip creditnya dan menemukan secuil harta yang mengobati kekhawatiran saya tentang berakhirnya kisah Jack Sparrow. Dan itu adalah sebuah bayangan di kamar tidur William Turner dan Elizabeth Swan. Sebuah bayangan yang menjadi kode keras bahwa kehidupan bajak laut tidak seindah ending film kali ini. Ya, masih ada pengacau lainnya yang nampak tidak puas dengan ending. Dia adalah si bayangan dan bayangan itu adalah bajak laut dengan tentakel dan kerang-kerang kecil. SEKIAN!

ANDA TAHU INI SIAPA!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.