[CURHAT] Sepucuk Rindu



Surat Via Google Pict
Rubrik terbaru di loker Adzania's. 
Kolom ini isinya semua curhatan dan catatanku selama menjelajah di perantauan. Bisa berisi puisi, atau cuma deretan diksi. Juga bisa foto atau juga sebuah kisah kerinduan akan tanah halaman. Semua disajikan dengan berbagai rasa yang menarik. 
Semoga kalian suka. 
Salam :)



 
Sepucuk Rindu
Tak ada malam yang terlalu malam untuk terpejam. Yang ada hanya terlalu pagi untuk terjaga. Tapi aku yang sekarang dalam aliran waktu ini, bukan karena aku terbangun dari mimpi buruk. Aku hanya tak bisa memejamkan mata. Bukan pula karena aku takut menghadapi mimpi buruk saat mataku terpejam. Tapi karena aku takut kehilanganmu. Ketakutan terbesarku adalah saat kau menghilang dariku. Saat aku terlelap, aku tak pernah bisa menemukanmu dalam mimpiku. Itulah yang kutakutkan dan itu pula satu-satunya alasanku masih terjaga sampai saat ini.
 
Padahal aku tak pernah menyesali kepergianmu sebelumnya. Aku tak pernah menyangka ini terasa begitu memilukan. Kata perpisahan yang kurangkai ternyata sia-sia, hatiku masih merajut benang kerelaan untuk melepasmu. Senyum waktu itu, kini kusadari itu hanya sebuah kemunafikan diri. Aku tak pernah bisa mengulumnya untuk benar-benar melepasmu. Lalu dengan sisa kata yang kukorek dari timbunan sampah masa lalu. Aku hanya akan mengatakan bahwa aku masih mencintaimu.
Aku merindukanmu.

Aku tahu ini terlambat. Jarak sudah terbentang panjang semenjak langkah pertamamu membelakangiku. Bahkan kini aku tak bisa menatap punggungmu atau menginjak bayanganmu. Waktu benar-benar mengejekku, tertawa akan kebodohanku. Tapi aku belum kehilanganmu. Kau masih ada dalam hatiku. Memang bukan jaminan bahwa aku juga akan ada dalam hatimu. Setidaknya kau telah menjadi tanda dalam diriku. Bahwa kita masih saling terikat, bukan? Doa yang senantiasa aku lantunkan seolah menghubungkanku semakin dekat padamu. Memang terasa bodoh ketika kukatakan bahwa aku mengikat seorang lainnya dalam doa. Tapi itulah yang kupercaya.

Saat ini aku tengah bertengger di tepian jendela. Aku masih seperti dulu. sulit terpejam di malam hari dan bertengger mencari angin. Aku ingin ia kembali menyampaikan salamku pada seseorang. Salam sayang, rindu dan cintaku. Untukmu.

Kupandangi bulan yang menyabit. Ia terlihat paling terang meskipun aku tahu cahayanya hanyalah pinjaman dari mentari. Tapi setidaknya ia berusaha untuk menjadi indah dan menghiburku. Saturnus juga merapat, melalui celah lingkaran kecil, aku melihat cincin yang mengelilinginya. Lalu hanya kubandingkan dengan jemari tanganku. Aku masih menunggu saat cincin darimu melingkari jemari manisku. Ini bukan tentang cincinnya, tapi tentang ikatannya. Aku ingin kau menandaiku dan membedakanku dari gadis lainnya. Aku ingin kau memberiku kepastian bahwa aku gadismu.

Mungkin kalimatku terlalu berat untuk menjadi sebuah percakapan di malam hari. Jadi lupakanlah dan anggap ini hanya igauan gadis yang tengah digulung rindu. Tapi sungguh, kata rindu dan cinta yang kutulis bukanlah sebuah igauan. Ini semua nyata. Nyata bahwa aku mencintaimu.

Jika saat ini malam juga berada di tempatmu berada, maka temui aku. Meski kita berada di jendela yang berbeda, aku bisa memandangimu sekali lagi. saat ini aku tengah menatap rembulan dan beberapa bintang juga Saturnus. Aku yakin kau juga bisa melihatnya dari jendelamu. Tatap mereka dan rinduku akan sampai padamu. Karena aku yakin sejauh apapun kita terpisah, kita tetap terhubung. Kau dan aku. Masih di atas bumi yang sama sambil berteduh di langit yang sama. Hanya saja saat ini, kita tengah berputar ke arah yang berbeda.
Semoga kerinduanku sampai padamu.
NB: Masih belum bisa terlelap setelah nonton V for Vendetta
Plesiran, 23 Mei 2015/ Sabtu 2:31 AM

1 komentar:

  1. Kadang perjuangan juga tentang cinta loh. Kau tak akan tahu bahwa itu cinta sampai suatu saat kau akan menyadarinya setelah jauh darinya. Yang setuju, angkat kaki. Eh salah, angkat jempol maksudnya :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.