Halooo, ada kabar baru. Mulai Agustus, update cerbung fiksi fantasinya mau diubah ke hari kerja aja yah. Weekend nya buat nangkep ide lanjutannya, hehehe.
Ini dia keping 6 lanjutan dari seri 3Blood. Setelah kemarin Leil pulang diantar Jossie dan malamnya dikepung banyak fans Jossie. Dia ketemu pria misterius yang punya mata turquoise indah. Parahnya lagi, Leil ngaku pria itu kekasihnya. Sebenarnya siapa pria bermata turqouise itu? Happy reading. Jangan ketinggalan gelas kopinya yah...
LEIL
“Dia kekasihku!” teriakku
lantang.
“APA??” semua mata melotot,
bahkan nyaris menggelinding keluar dari tempatnya. Terkejut dengan pernyataanku
yang seolah telah menyambar akal sehat mereka. Kecuali satu yang tetap tenang, pria
itu hanya menatapku tanpa ketertarikan untuk melanjutkan permainan ini lagi.
Aku merekatkan diri padanya supaya terlihat lebih natural juga untuk
mencegahnya pergi.
“Lalu Jossie?”
“Jossie? Bukankah dia
adalah temanku? Untuk apa kalian meragukan pertemananku dengan Jossie? Mana
mungkin pria seperti Jossie memilih wanita yang berantakan sepertiku. Bahkan di
luar sana masih banyak wanita cantik yang mengantri untuknya.”
“Kalau itu memang benar,
untuk apa Jossie membagi mawar yang ia pesan dengan orang sepertimu?” rupanya
video yang June jual adalah tentang hari itu. Ketika Jossie membeli seratus
tangkai mawar merah dan memberikan satu
tangkainya sebagai undangan sedangkan sisanya terkirim ke rumahku dengan
undangan resminya. June payah, kau mulai terasa semakin menyebalkan saja. Harus
kukatakan apa sekarang untuk menghindar?
“Aaa… itu adalah ucapan
selamatnya padaku atas hubungan kami.” Aku kembali menjalin kontak mata
dengannya. Berharap ia tak segera bosan dengan semua kebohonganku. Tapi
tatapannya seolah tak ada harapan. Ia hanya membuka matanya begitu saja tanpa
rasa kesal, penasaran ataupun menikmati permainanku.
“Jadi pria ini?” tanya
seorang teman, kembali. Aku sedikit ragu untuk melanjutkan kebohonganku karena
jujur aku tak mengerti sama sekali tentangnya.
“Pierre,” jawabnya datar,
mengejutkanku. Tak kusangka ia akan menyebutkan namanya tanpa kuminta. Ternyata
ia pun bisa memerankannya dengan baik, semoga.
“Jadi Pierre, adalah
kekasih Leil? Tapi mengapa kau terkesan begitu bahagia menerima mawar dari
Jossie, bahkan kau melompat girang karenanya. Bukankah itu mencurigakan?”
“Itu karena Jossie bilang
Pierre cocok denganku.”
Arrgh, bualanku hari ini
sudah cukup menggunung hanya untuk melarikan diri dari gosip yang dijual June.
Mereka masih saja menunjukkan bahwa pernyataanku belum meyakinkan padahal aku
rasa aku telah kehabisan alasan untuk membual. Juga pria aneh ini, Pierre, aku
tak yakin dia akan mendukung kebohonganku untuk kedua dan kesekian kalinya.
“Membosankan,” desahnya
tiba-tiba.
“Maafkan kami, kami telah
salah paham padamu, Leil.”
“Iya maafkan kami.”
“Maaf.”
Kerumunan pun perlahan
memudar. Malam sudah sepenuhnya hadir dengan gelap yang meraja. Hanya saja
temaram lampu jalan membuatku berada dalam lingkaran cahayanya. Angin berhembus
sesekali, tapi tetap saja ini terlalu hening. Hanya tersisa aku dan dia dalam
hening ini, seperti semula. Bagaimana aku memecahkan keheningan yang mengerikan
ini?
“Maaf melibatkanmu dalam
masalahku. Terima kasih atas bantuanmu, aku tak tahu apa yang harus kulakukan
untuk membalas se…”
“Tolong lepaskan lenganku
dan singkirkan kakimu dari krisanku,” potongnya cepat.
“Krisan?” fokusku langsung
tertuju pada kakiku, setangkai krisan putih tengah merintih terjepit sepatuku.
“Maaf…” segera kupindahkan
kakiku dari krisan itu dan dia langsung memungutnya.
“Pernyataan yang berani,
nona.”
Tanpa menatapku lagi, dia
langsung berlalu. Bayangnya pun segera melebur dengan gelap sekitar jalannya
hingga sosoknya terbenam dalam gelap malam. Menghilang dari fokus terjauh yang
bisa ditangkap oleh mataku. Pierre? Siapa dia? Tatapannya tajam terfokus tapi
pandangannya kosong, terlalu indah untuk disia-siakan. Makhluk batu dari planet
manakah dia? Tubuhnya sehangat mentari tapi tatapannya dingin bak gunung es
Arktik.
“Siapapun kau, terima kasih!”
teriakku lantang walau mungkin ia tak mendengarnya lagipula aku juga tak begitu
berharap ia mendengarku.
***
LEIL
Pagi yang cukup cerah
menyambutku dengan penuh keyakinan. June, tunggu aku dan akan kubuat sebuah
perhitungan denganmu. Kita lihat siapa yang akan membayar lebih banyak dan juga
memohon. Lain kali kau harus pilih lawan yang seimbang denganmu, June. Seperti
rutinitasku, aku menunggu bus yang akan mengantarku di halte yang tak jauh dari
rumah. Ternyata bus itu pun melakukan rutinitasnya juga. Ia datang sepuluh menit
setelah aku menunggu. Sebelum memasuki bus, kuraih sepotong koran dengan headline yang membuatku cukup tertarik
sekaligus bergetar ketakutan. Sebuah cerita lama yang akhirnya sekarang muncul
kembali dengan teror yang sama. Akankah akhirnya akan sama?
NEWS
PIECE, Viga—Lima orang menghilang secara misterius dalam penjelajahan hutan.
Dua di antaranya ditemukan tewas di dua tempat berbeda dengan luka yang nyaris
sama. Leher robek tersayat dan tubuh terkoyak. [red]
*
PIERRE
Aku berjalan menuju antah berantah,
tak pernah kuhafalkan jalan dan cerita yang telah kulalui. Tapi entah mengapa,
gadis gila itu masih meninggalkan sepotong memori tentang malam kemarin.
Setelah kuikuti ayunan langkah kakiku, ternyata ia menuntunku ketempat yang
sama. Seperti tempat yang selalu menjadi tempatku berlabuh di hari-hari
sebelumnya. Sebuah nisan dengan ukiran nama yang mulai rusak tergerus zaman,
membuatnya mulai terlupakan. Di bukit ini hanya ada dua nisan yang bisa
terlihat dengan jelas. Kuletakkan setangkai krisan putih di masing-masing
nisan.
Mengenang sesosok tubuh
dengan paras lembut yang terbaring dalam timbunan tanah. Mengenang senyum
menenangkannya, lagu-lagu indahnya untukku, dan tiap kata cinta yang selalu ia
bisikkan di telingaku. Ia pernah mencintaiku, selalu tersenyum untuk
menenangkanku dengan tulus, hingga akhirnya ia mengorbankan dirinya untukku.
Mengapa? Setelah ia alirkan darah dalam nadiku, setelah jantungku berdenyut
justru jantungnya lelah mengikuti detakkan jantungku. Dasar perempuan bodoh.
Cinta telah membutakannya dari realita tapi entah mengapa aku tak bisa
membencinya dengan segala kebodohan sempurna yang ada padanya. Dia telah
mengikatku dan karena ikatan itulah aku tak bisa membencimu, ibu…
*
LEIL
NEWS
SPOT: Viga Utara—Pencarian masih terus dilakukan untuk mengevakuasi tiga orang
yang masih belum ditemukan.
Berita hari ini terus saja
mengulas tentang hilangnya beberapa orang dalam penjelajahan hutan. Menurutku
itu berita biasa sampai aku menemukan satu majalah yang secara bodoh
mengungkapkan bahwa teror yang sebenarnya adalah pesta para vampir. Beberapa
majalah pecinta hal gila tentang kekuatan dan keabadian kembali hidup. Bahkan
mereka lebih menekankan keberadaan mereka di antara kami. Mereka lebih berani
untuk menunjukkan eksistensinya. Dasar orang gila.
EVILBORN:
Distrik 7—Pesta dimulai, dibuka relawan untuk upacara suci penggabungan dua
darah. Para Trueblood tlah memberi tanda agar kita bersiap. Form pendaftaran
tersedia di kantor EVILBORN. Manfaatkan kesempatan ini untuk dapatkan
everlasting story to be immortal.
(Bersambung…)
Tidak ada komentar