Bedah Movie
Review Superman v Batman (2016)
Review: Superman is not dead.
Judul : Batman v Superman, Dawn of Justice
Tahun : 2016
Durasi : 2jam 31menit
Kali ini review film Batman v
Superman: Dawn of Justice tahun 2016. Saya baru tonton film ini di awal Maret
tahun 2018, wow sangat terlambat mungkin tapi ga ada waktu yang salah untuk
menikmati film. Jika filmnya memang bagus ya ga lekang oleh waktu dan ceritanya
pasti tetep relevan lah.
Oke langsung saja, film superhero
jujur saja saya cenderung tim Marvel dengan Tony Stark dan kesongongannya yang
mengagumkan. Tapi saya bukan yang pilih-pilih tontonan, hanya karena saya kubu
Marvel bukan berarti saya antipati sama DC. Marvel mungkin punya budget lebih
untuk buat film yang menarik dan franchise menjanjikan dari The Avengers-nya yang
baru-baru ini merekrut Spiderman. Tapi DC tidak selalu membunuh penjahat
utamanya, itu yang membuatnya legendaris. Seperti Superman dengan Lex Luthor
dan Batman dengan Joker. Tapi apa jadinya jika dua superhero legend ini diadu
dalam satu judul. Yang terjadi adalah masing-masing kelihatan buruknya dalam
sesi duel memperebutkan posisi tokoh utama. Apalagi mereka sempat kena politik
devide et impera sama si anaknya Lex Luthor. Alhasil konflik di film ini kurang
menarik. Seolah keduanya ini kurang dewasa dan tidak memakai logis sama sekali
dalam bertindak.
Pertama, dari sisi Batman,
digambarkan masa kecilnya sebagai pembuka film. Yaitu ketika papa mamanya
ditembak di jalanan dan keduanya tewas meninggalkan Bruce Wayne sendirian.
Konflik masih bergulir di kubu Batman, ketika kemudian Superman berantem di
Metropolis lawan musuh yang ga bisa dihadapi manusia biasa. Tentu saja
pertarungan kekuatan super di atas rata-rata itu akan menghancurkan kota dan
memakan korban sipil. Gedung dari Wayne Financial termasuk salah satu korbannya
dan para pegawai di sana juga menjadi korban. Saat itulah seperti mulai
terpercik kemarahan dan niatan untuk membalas aksi Superman. Ini loh, masa di
hati pahlawan super ada cacing bernama dendam atas nama kemarahan. Ya meskipun
saya memaklumi, toh Batman itu hanya manusia biasa [dengan duit yang berlimpah,
ekhm]. Dari dulu saya suka Batman, tapi Batsy di sisi ini baru saya temui di
film kali ini. Mungkin itu juga yang ingin ditunjukkan DC.
Kedua, sisi Superman juga digali.
Bahwa Superman juga [setidaknya] manusia saat dia memikirkan segalanya dan
seluruh dirinya untuk seorang gadis. Ya, sebagai Superman ataupun sebagai Clark
Kent, dia tetap milik Lois Lane. Jadi saat Lois dalam bahaya dan terancam
nyawanya, Superman akan datang dan menyelamatkannya apapun resikonya siapapun
musuhnya dan sekalipun itu jebakan. Halo, sebagai seorang hero, dia menumbuhkan
cacing juga di hatinya yaitu terlalu cinta pada seorang wanita. Kecintaan Clark
Kent pada Lois seakan ikut membutakan mata Superman akan pendapat dunia
mengenai aksinya. Ya, menghabisi sekelompok teroris di daerah konflik luar
negeri hanya untuk menyelamatkan nyawa kekasihnya, romantis sekali sih tapi
terkesan sangat egosentris. Untuk sesaat saya ikutan ke kubu Batman bahwa
Superman pantas diadili atas semua aksi semborononya yang dianggap heroic.
Karena pada akhirnya, tidak semua orang bisa diselamatkan justru banyak yang
menjadi korban.
Lepas dari dua pihak superhero,
ada yang mendapat keuntungan dari konflik mereka. Tentu saja, saat perang pihak
yang paling diuntungkan adalah si penjual senjata. Di film ini, musuh bersama
yang kasat mata adalah anak dari musuh terbesar Superman, Alexander Luthor dan
Lex Corp. nya. Padahal entah darimana, saya penginnya Joker yang muncul tapi
kejahatan Joker masih terlalu receh untuk ngalahin si Superman. Apalagi si
badutnya belum tentu Joker Leto alias Joker yang diambil peran oleh Jared Leto
[ini terlalu berharap untuk kesempatan kedua, haha]. Saya sempat ngefans sama
Lex junior ini, dengan rambut gondrong dan sifat weirdo-nya sebagai maniak ilmu
pengetahuan juga persenjataan [tapi mainannya sama mitos Yunani]. Dia sebagai
penjahatnya dan sebagai orang bisnis tahu betul bagaimana harus bergerak dan
memanfaatkan keadaan. Apalagi Jesse Eisenberg yang peranin, si mas Daniel Atlas
di No* Yo* Se* Me [hahaha, another review yaa].
Tiga kubu tokoh utama dengan
konfliknya masing-masing tapi kebanyakan reaksi di luar sana tidak menunjukkan
hasil yang positif. Saya juga kurang menikmati karena konfliknya kurang nendang.
Ada beberapa poin yang menurut saya membuat film DC kali ini kurang megah dan
kurang menggairahkan bagi para penikmat film superhero.
Perbedaan sangat jauh antara Batman dan Superman
Ya, ini sih yang paling menonjol,
ketika duel antara Batman dan Superman bisa diibaratkan semut lawan gajah.
Batman dengan kepalannya sementara Superman tidak butuh apapun untuk
menghadapinya. Bahkan bat car
langsung mental ketika nabrak Superman. Bagaimanapun pemilihan Batman v
Superman ini sepertinya cuma dari hasil voting kepopuleran superhero DC.
Batman
jelas hanya manusia biasa tanpa kekuatan super tanpa magis dan tanpa cewe
cantik yang bisa diajaknya ciuman di bak mandi [alih-alih cewe cantik, dia cuma
punya kakek antik si Alfred]. Superman adalah keturunan dari Planet Krypton
yang menetap di Bumi menjadi Clark Kent, kerja di kantor berita dan dapat Lois
Lane. Batman yang bekerja diam-diam di malam hari tanpa partner kepolisian dan
bukan duta superhero justru dilihat sebagai kriminalnya di film ini karena
menentang arus ketika seluruh Metropolis memuji-muji Superman. Batman sebagai
Bruce Wayne mungkin lebih beruntung dari sisi finansial daripada Superman
sebagai Clark Kent.
Selain dari kekuatan dan
kehidupan pribadinya, visi mereka juga berbeda. Bahkan sangat jauh berbeda. Superman
dengan ke-superannya menggunakan itu sebagai sebuah kewajiban bahwa dia harus
melindungi semua orang di kota bahkan di planet bumi dari ancaman. Dia
menjalankan misi pahlawan supernya ini dengan penuh kesadaran, apalagi karena
almarhum papanya juga berpesan demikian. Bisa dibilang Superman ini adalah hero
yang memang dari lahir sudah diwarisi kekuatan berlimpah dan harus menjadi hero
lagi karena tradisi. Sedangkan Batman hanya berurusan dengan penjahat-penjahat
kota, kotanya juga hanya sebatas kota kecil, Gotham. Dia bahkan tidak secara
terang-terangan menyebut dirinya pahlawan. Bruce Wayne ini hanya sedang
mengobati traumanya di masa kecil dengan membasmi kejahatan di kota. Ia hanya
membantu dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga supaya tidak ada anak yang
menjadi yatim piatu karena menjadi korban kejahatan. Misi besar versus misi
sederhana.
Alurnya yang bergerak lambat
Saya cukup bosan untuk menantikan
konflik memuncak. Konflik ini dibangun dari masing-masing sudut pandang dan
menurut saya ini yang menjadikannya lambat. Awalnya dari sisi Batman yang benci
kekuatan super tanpa batas milik Superman yang sebagai penyelamat juga
sekaligus penghancur. Lalu bergeser ke Lois Lane dengan kegiatan jurnalismenya
dan percintaannya dengan Clark Kent. Eh, kemudian nongol si Lex Luthor, belum
lagi nongol si Diana Prince alias Wonder Woman. Padahal tokohnya tidak lebih
banyak daripada Avengers: Civil War, kok rasanya mereka ini pada nongol hanya
untuk memperpanjang durasi saja [entahlah, maaf kalo kebangetan yak]. Bahkan
untuk puncak konfliknya juga saya tidak puas karena baik Batman maupun Superman
tidak punya argumentasi lebih kuat untuk konflik ini. Justru yang menciptakan
konflik ini ternyata adalah Lex. Intinya, konfliknya terlalu ecek-ecek. Judulnya
harusnya Superhero Baper. Entahlah, kurang logis aja alasan mereka berkonflik.
![]() |
Bruce Wayne dan Mbak Diana Prince |
![]() |
Lex Luthor |
Mengapa dua pahlawan super justru duel? Apa masalahnya?
Alasan ini yang sedikit bikin
males buat ditonton sih sebenarnya, justru konfliknya tejadi di dunia nyata
ketika kubu penggemar Batman dan kubu penggemar Superman ricuh sendiri. Kalo
mereka beneran duel, kira-kira siapa yang menang? Nah cuma pendapat ini yang
ingin didapat penonton, eh akhirnya malah ga ada yang menang. Yang disayangkan
lagi adalah pertanyaan yang sudah saya tebalkan di atas. Mengapa dua pahlawan
super yang biasanya membela kebaikan di film masing-masing justru duel tanpa
alasan saat dipertemukan di satu judul yang sama. Otomatis tingkat kebijaksanaan
keduanya turun drastis.
Ingin tahu kesimpulan apa yang terpikirkan saat selesai
nonton film ini? Oh ternyata Superman itu egois, dia cuma ingin mellindungi
orang-orang terdekatnya, oh dia cuma sibuk pacaran sama si Lois Lane, oh jadi
sumber dari bermacam konflik cuma sebatas ceweknya. Lalu di sisi Batman, oh
ternyata dia cuma pria kesepian yang sebenarnya ingin dipujji-puji sebesar
warga kota peduli ke Superman. Oh ternyata Batman itu pencemburu dan pendendam.
Tentu saja ini bukan tujuan utama DC mempertemukan mereka berdua di satu judul
yang sama kan?
Jadi, buat saya Batman v Superman
ini tidak punya latar belakang permasalahan yang jelas. Mereka terus duel
bahkan ketika Batman terlihat lebih unggul [iyalah, karena dia punya batu
krypton]. Tapi Superman juga tidak mau kalah karena mamanya disekap sama Luthor
junior dan harus diganti dengan nyawa Batman kalo mau selamat. Lalu saat
duelnya nyaris berakhir, muncul nama Martha disebut si Superman sebagai alasan
dia dari tadi ngelawan Batman. Seketika, si Batman berhenti dan penonton
diminta berputar ulang ke awal film. Lalu apa yang dipikirkan? Ini sedikit
bikin rancu, bahkan sempet dikira Batman dan Superman ini adalah saudara yang
terpisah jauh dan akhirnya dipertemukan lagi saat battle [apaan inih?] hehe.
Ternyata bukan begituan ya sodara-sodara. Ibunya Batman itu Martha Wayne yang
sudah meninggal karena ditembak di jalanan saat Bruce kecil. Sedangkan ibunya
Superman itu Martha Kent yang tinggal di Smallvile. Tapi bukankah tidak menutup
kemungkinan bahwa kedua Martha ini orang yang sama hanya saja menikah dengan Pak
Kent dan Pak Wayne sekaligus? Jadi dia menikahi Pak Kent duluan, trus pindah ke
Pak Wayne yang lebih kaya raya [AAAA TIDAK, INI TEORI BODOH JANGAN DIBACA. APA
INI SAYA MALU MENULISNYA TAPI BUAT LUCU-LUCUAN JADI TIDAK SAYA BUANG. TOLONG
JANGAN BUANG SAYA DARI PLANET BUMI, SUPERMAN-KUN]
Superman tidak mati!
Kenapa? Entahlah, saya tidak
melihat adanya death flag yang berkibar jelas di film ini. Ini Superman loh,
oke monumennya mungkin ambruk dan hancur berkeping-keping tapi Supermannya kan
enggak. Haloooo, Clark Kent masih utuh setelah dia lari marathon bawa tombak
dari Kripton dan bunuh iblis buatan Lex. Bahkan jika ada death flag, menurut
saya itu di bagian AS luncurin nuklir ke angkasa dan Superman kena ledakan
nuklir juga. Toh nyatanya Superman ga mati setelah kena tembak nuklir lalu
kenapa Superman harus mati hanya karena ketusuk batu [runcing] dari tubuh iblis
planet Kripton yang sama sekali ga ada kriptonnya? Bahkan bajunya si Superman
juga sepertinya punya kekuatan super. Karena ga kebakaran waktu ledakan nuklir,
wow bener-bener super kan? Saat pemakaman juga seolah memberi clue bahwa
Superman ga mati, dia mungkin cuma cuti sebelum nongol di keadaan kritisnya
Justice League. Pemakaman dilakukan di dua tempat, di Metropolis dan di Smallvile.
Nyatanya Superman alias Clark Kent dimakamkannya di kampung halamannya di
Smallvile. Entahlah, secara logika mungkin lebih gampang untuk bangkit dari
kubur di kampung sendiri daripada di kota besar dengan sorotan kamera. Apalagi
di makamnya yang di Smallvile, tidak ditimbun tanah dan di detik-detik akhir
seolah mengisyaratkan bahwa tanahnya aja kehilangan gravitasi buat mengubur
peti Clark Kent. Trust me, Superman is not DEAD [yet] [entahlah].
Oke, ini pembahasan di luar jalan
ceritanya sih. Mana mungkin DC membunuh superhero yang bisa dibilang paling
menguntungkan buatnya. Jika DC kehilangan Superman maka mereka kehilangan
banyak persen penggemarnya di seluruh dunia. Jika DC matiin Superman, maka
mereka lagi bunuh dirinya sendiri. Karena selama ini maskot dari komik DC
adalah Superman [dan Batman tentunya]. Masih ada hero lain tapi apa ada yang
lebih mentereng daripada mereka berdua? Apa ada hero DC lainnya yang punya
maniak lebih banyak daripada mereka berdua? Sepertinya belum. Dan sepertinya DC
masih ingin jadi komik super hero ternama kan? Masa iya mereka akhirnya banting
stir jadi komik antihero dan mengangkat Joker jadi maskot mereka. Berat pasti
buat DC untuk mematikan si Superman. Buat saya aja yang mengaku sebagai
penulis, masih sangat berat untuk melepas satu tokoh untuk dibiarkan mati,
apalagi tokoh utama. Meskipun saya pernah membuat cerita yang membunuh tokoh
utama, tapi saya terus dihantui sama karakter dia dan akhirnya menulis cerita
spin off ketika dia masih ada. Untuk sekelas DC, mereka tidak akan bunuh
Superman hanya dengan tusukan kecil di dadanya. Terlalu rugi.
Ambisi Justice League untuk menyaingi The Avengers
Ide yang di-bold di atas adalah
salah satu alasan pendukung dugaan bahwa Superman ga mati. Justice League
adalah bisnis masa depan DC, ya menggabungkan banyak dan hampir semua superhero
dalam satu judul yang sama atas nama keadilan dan perdamaian abadi [berasa
pembukaan UUD]. Justice League versi kartunnya bahkan sudah ada dan Superman
ada di dalam koalisi ini. Bahkan menurut saya, komplotan pahlawan super DC
tidak berdaya tanpa Superman yang ikonik. Jadi sekali lagi, DC tidak akan
membunuh Superman. Clark Kent hanya diberi cuti, mungkin untuk nikah siri
dengan Lois Lane dan bulan madu sampai beranak [infotainment mode:ON]. Nah jika
suatu hari Superman sudah beranak pinak dan melahirkan generasi keduanya, bisa
jadi inilah saat yang tepat untuk deathflag benar-benar berkibar.
DC butuh Superman untuk
menghidupi Justice League dalam perang menghadapi The Avengers punya Marvel.
Ya, persaingan di antara dua bisnis yang sama bukankah hal yang lumrah? Di
setiap film, jika konflik yang diambil sama terus maka akan kurang garam ga
sih? Seperti kurang berkesan dan ga ada efek kejutan. Marvel sadar betul dengan
efek kejutan ini, misalnya di The Avengers 2 yang secara mengejutkan rekrut
Spiderman. Kehadiran Spidey di tim Avengers sepertinya bisa menciptakan jalan
cerita lain untuk dikembangkan. Mungkin saja Spiderman returns dengan seragam
baru dan inovasi teknologi canggih dari Stark Company. Sedangkan DC nampaknya
sedang belajar tentang efek kejutan ini dengan “mematikan” Superman. Tapi ini
kejutan yang sudah terbaca. Justice League mungkin akan dijalankan tanpa
Superman di awal pembentukannya, tapi kemudian saat-saat kritis dia nongol
kembali dengan epic. Ya, mungkin sekitaran itu.
Oke, begitu review kali ini.
Sayang sekali saya tidak menuliskan hal yang menarik hati tapi karena filmnya
memang begitu. Kecuali tampilan visual Bruce Wayne dan otot-ototnya [astaga]
dan bagi para pemirsa pria mungkin akan terpesona dan menunggu-nunggu scene
Diana Prince [untuk liat bodi mbak Gal Gadot]. Sudah sih, begitu saja. Tips
dari saya untuk DC dan teman-teman semua yang ingin membuat plot twist dengan
unsur efek kejut, jangan tunjukkan. Ya, jangan tuntun penonton untuk melihat
clue bahwa Superman belum mati lewat tanah di atas petinya. Jangan. Tapi
biarlah Superman atau emaknya atau bahkan Lois Lane atau Batman atau Mbak Gal
Gadot yang mengatakan. Yes, perkataan. Meski hanya sekalimat. Kenapa lebih baik
disembunyikan dalam dialog? Karena penonton kadang menyepelekan sebuah dialog,
apalagi jika diucapkan di saat-saat bukan genting. Sekian.
Maret, 2018
Tidak ada komentar