APA KABAR, JANUARI?

***

Apa kabar, Januari?

Rasanya kurang tepat menanyakannya begitu lagi. Apalagi kini sudah tanggal akhir Januari yang harusnya disapa nanti dengan: selamat tinggal Januari. Tapi Januari-ku bukan nama bulan pertama dalam kalender. Januari-ku bukan tentang tiga puluh satu hari dalam sebuah bulan. 

Januari, sebentar lagi Februari. Tapi aku masih sama. Persis seperti saat itu, diam dan menunggu. Bodohnya aku, Januari. Tapi jangan salahkan aku, itu karena kau. Salahmu yang tak mengucapkan selamat tinggal saat pergi. Yang kusimpan dari pertemuan denganmu adalah senyum itu. Entah bagaimana, entah sebodoh apa aku hingga masih mengingatnya dengan jelas seolah itu baru saja kemarin. Bahkan bukan kemarin, buatku itu seperti satu jam lalu, satu menit lalu. Itu belum lama berlalu. Semua orang mulai menasehatiku untuk beranjak darimu. Tapi semua orang tidak tahu tentangmu lebih dari aku, bukan?

Hey, Januari. Aku punya nama panggilan baru. Orang-orang menyebutku BUCIN, kau tahu? Mereka bilang aku Budak Cinta karena terus menerus bilang akan menunggumu. Lucu bukan? Tapi buatku itu menyedihkan.

Kapan kau kembali? Aku nyaris putus asa menunggumu. Dengan hari ini, berarti sudah lebih dari satu tahun aku tak menerima kabarmu. Tidak apa jika kau ingin sembunyi lebih lama, aku tahu duniamu bahkan terasa lebih kejam daripada dunia manusia normal dengan kehidupan biasanya. Tapi setidaknya, kirimi aku surat. Balas suratku ini, Januari.

Surat pertamaku ini adalah seutas tali rapuh yang tetap kugenggam di tepian jurang keputus asaan. Jika kau ada di ujung jurang itu, beritahu aku. Kirimkan cahaya kecil yang bisa menembus gelapnya supaya mata sayuku bisa melihat tanda itu. Setidaknya aku bisa bahagia dan kembali berharap bahwa kau masih peduli. Setidaknya kau harus tahu bahwa aku juga masih peduli tentangmu. Jangan lari seperti ini, Januari.

Aku tak peduli orang-orang, mereka tidak tahu. Setiap kali mereka menyindirku, pasti kuacuhkan. Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu kita, Januari.

Kumohon kembalilah, Januari-ku yang pemberani.

Kuharap surat ini tersampaikan padamu.



Dariku yang selalu menunggumu,
Mins

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.