Ombak Searus Badai


Seorang pria memandang jauh lewat teropong. Yang kulihat, dia adalah kapten kapal dengan layar yang tengah mengembang. Berlayar ke tengah, menjauh dari rumah untuk menuju daratan antah berantah. Sang kapten berdiri gagah di anjungan. Tengadah menantang awan kelam yang menyelimuti mentari. Telinganya sabar dengarkan gelegar petir di antara sayup-sayup nyanyian siren nan rupawan dengan rambut keemasan tergerai. Sang kapten terpesona dengan keindahannya. Ia pun terjun ke laut untuk mengejar siren.

Badai ganas menjilat kapalnya. Badai merobek-robek kain layar. Badai mencabik-cabik anjungan dan menjungkalkan semua tiang layar. Nahkoda tetap kokoh menjaga pergerakan kapal yang tak lagi bernahkoda. Para awak mulai bergelimpangan dalam sapuan putus asa. Sang kapten seolah teralihkan, ia begitu bahagia mendapat sapuan lembut bibir siren. Memagut cinta di atas karang tanpa menyadari kapalnya perlahan karam.

Mimpinya sewaktu pertama bahtera menyentuh laut telah berubah. ia melupakan daratan antah berantah tujuannya, ia bahkan tak ingin kembali ke daratan. Ia ingin tetap bersama siren kesayangannya. Ia ingin menikahinya dan bercinta sampai akhir.

Kapalnya karam, siren menghentikan nyanyiannya dan kembali ke dalamnya samudra. Kapten gigit jari, matahari bersiran lagi dan menunjukkan bahwa semua telah lenyap. Kapten bukan lagi seorang kapten. Dia hanya pria malang di tengah samudra yang keberadaannya sangat rapuh di atas secuil karang.


Plesiran, 9 November 2016

1 komentar:

  1. Halo, saya kembali dengan cerita fiksi. Pendek memang tapi jika diresapi sebenarnya dalam sih motivasinya. Ya selamat menikmati saja. Saya masih ada stok banyak cerita super pendek setipe ini yang dibuat di sela-sela tugas akhir.

    Semangat untuk kita semua.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.