Laman

Pages - Menu

Selasa, 18 Agustus 2015

[Fiksi-Fantasi] 3BLOOD KEPING 7

Warning: Fiction-Fantsy Detected Inside
Halooo, update ke tujuh tersedia. Bagaimana kabar Leil setelah kekacauan yang dibuat June dengan menjual rekaman CCTV? Langsung saja,...
Happy reading. Jangan ketinggalan galon kopinya.

LEIL


Ternyata peristiwa mengerikan yang sesungguhnya terjadi tepat di depan toko tempatku bekerja. Segerombolan perempuan tengah mengepung toko, beberapa melemparinya dengan senjata yang sama yang mereka gunakan untuk menyerangku kemarin malam, tomat busuk dan yang paling ampuh. Telur busuk. Beberapa bahkan telah menempel di kaca. Huh, pekerjaanku akan bertambah berat hari ini. Kutarik nafas panjang lalu aku berjalan menuju mereka. Mereka menyapaku lalu membukakan jalan untukku.
“Hey, Leil bisakah kau keluarkan bos-mu itu dari persembunyiannya.”
“Akan kuurus nanti.”
“Nanti! Kau gila??”
“Kalian yang gila! Kalian pikir ini taman bermain? Datang berkelompok hanya untuk mengacau! Melempar telur busuk seenaknya, kalian tak termaafkan!” seketika emosiku meluap, kupasang kuda-kuda terbuka dengan pucak kemarahan yang harus segera kulepaskan ke udara.
“Akan kutendang kalian kembali ke rumah. Apa kalian tidak ingat yang kukatakan kemarin, dasar pelupa.”
“Maaafkan kami, Leil…” mereka langsung lari tunggang langgang meninggalkan toko dengan bentuk yang kacau. June mengendap untuk membukakan pintu lalu menatapku dengan mata penuh penyesalan.
“Maafkan aku, Leil. Aku menyesalinya dan… terima kasih telah mengusir mereka. Kau benar-benar pegawai terbaikku. Kau menyelamatkan keuanganku.”
“Apa maksudmu? Bukankah mereka sudah tahu alamat rumahmu? Jadi kukatakan kau akan membayarnya di rumah.”
“Aaappa… maksudmu?”
“Oops, maaf. Mereka terus mendesakku.” Aku tertawa ringan sambil memasukki toko sementara June masih terpaku di ambang pintu.
“Tak bisa dipercaya… Leil, bersihkan toko ini sebersih mungkin dan akan kupotong 20 persen gajimu bulan ini. Terimalah hukumanmu!!”
“20 persen? Aku bahkan ragu kau bisa membayar gajiku bulan ini, nyonya June,” jawabku enteng sambil bergerak malas untuk membersihkan kaca toko yang kini tampak lebih parah daripada lukisan abstrak karya anak TK.
“Kau harus menutup toko untuk hari ini dan bantu aku membersihkan telur busuk ini.”
“Aaaapppaa? Menutup toko? Tak mungkin. Aku tak akan menutup toko apapun yang terjadi, walau hanya sehari sekalipun aku tetap tak akan melakukannya. Kau bersihkan secepatnya!” June mulai menggerakkan jemarinya di atas tombol kalkulatornya. Yeah, aku bisa menebak apa yang kini terpikir olehnya.
“Dasar keras kepala.”
Aku segera keluar toko dan memeriksa seberapa parah noda telur busuk yang menempel di kaca berukuran empat kali enam meter tersebut. Huh, ini sangat parah. Akan butuh ekstra waktu sekaligus tenaga untuk membersihkannya. June mengintip dari balik pintu sambil membawa sebuah majalah. Wajahnya menunjukkan bahwa ia ingin menyampaikan sesuatu yang serius.
“Leil, kau sudah membaca berita hari ini? Apa kau baik-baik saja?”
“Yah, aku sudah baca News Piece, New Spot dan majalah para orang gila. Mereka terlalu berlebihan, mungkin saja orang-orang yang hilang itu hanya tersesat.” June menunjukkan satu koran yang belum kubaca headlinenya hari ini.
VIGALINE: Viga—Polisi mengklarifikasikan bahwa serangan yang terjadi adalah serangan dari binatang buas, masih diselidiki kemungkinan menjadi serangan vampir.
“Aku baik-baik saja. Ayo bersihkan!” seruku bersemangat mencoba menutupi bahwa sebenarnya aku takut jika bagian akhir berita itu benar. Serangan vampir? Lagi. Sudah cukup lama aktivitas dunia supernatural tak bersinggungan dengan kehidupan manusia sejak serangan yang merenggut ibuku. Lalu mengapa kini mereka kembali dengan kisah mengerikannya. Apa yang hendak mereka buktikan?
Aku mulai menyemprot beberapa titik noda dengan cairan pembersih kaca. Langsung kuusap dengan kain tapi noda itu tetap merekat kuat. Telur apa yang mereka gunakan, mengapa nodanya membandel! Aku terus menggosoknya hingga kurasa semakin parah saja, belum lagi bau busuk bercampur amis yang menguar.
“Hey, Leil. Apa yang terjadi dengan toko kalian?”
Aku menoleh terkejut ke belakang dan kutemukan Jossie berdiri penuh pertanyaan di sana. Astaga, aku terlalu fokus pada kaca sehingga tak menyadari kehadiran Jossie.
“Beberapa orang mengacau dan… yeah, kau bisa mellihatnya sendiri bukan?”
“Sangat kacau.”
“Yeah, kau benar. Aku mulai frustasi dengan noda ini,” kataku sambil menunjuk hasil pekerjaanku yang semakin membuatnya terlihat kacau. Jossie mendekati kaca dan mengorek salah satu noda yang tlah mengering dengan jarinya.
“Ini mudah.” Jossie menyambar selang air, cairan pembersih kaca dan lap dari tanganku.
“Apa yang kau lakukan? Aku akan melakukannya sendiri.” Lenganku bergerak secepat mungkin mengejar semua benda itu berpindah tangan. June tak akan memaafkanku jika seorang pelanggan terbaiknya melakukan pekerjaan seperti ini.
“Aku pandai membersihkan,” kata Jossie sambil tersenyum manis dan kurasa aku tak bisa menyangkal bahwa aku memang membutuhkan bantuan.
“Oke, apapun itu alasanmu. Aku hanya tak ingin June salah paham dengan niatmu. Dia bisa menendangku kalau dia tahu pelanggan sepertimu mendapat pelayanan tak menyenangkan dengan mengelus kaca penuh noda telur busuk.” Jossie hanya tertawa ringan seolah tak mempedulikan ocehanku.
“Aku tanggung resikonya, nona.”
Kami berdua membereskan masalah yang satu ini dengan cepat. Tak kusangka bahwa tangan Jossie sangat cekatan, seperti katanya dia pintar membersihkan. Akhirnya, pekerjaan menyebalkan ini usai. Jujur saja, melakukan ini bersama Jossie sangat menyenangkan.
“Usai juga,” kata Jossie sembari menyandarkan tubuhnya.
“Yeah, terimakasih banyak. Aku mungkin akan berlumut jika melakukannya sendiri. Kau memang pandai membersihkan.” Beberapa pelanggan mulai mendatangi toko, sementara June masih sibuk dengan telepon permintaan tebusan atas pengembalian uang hasil gosipnya yang gagal.
“Apa yang terjadi? Kulihat hari ini June sangat sibuk dengan teleponnya. Apa ada masalah?”
“Bukan masalah, hanya sedikit salah paham.”
“Aaappppaa yang… kalian lakukan? Di sini???” kata June terperanjat, menemukan kami berdua tengah bersandar di emperan tokonya dengan wajah lusuh.
“Kami baru saja selesai membereskan kaca tokomu. Bagaimana, bersih bukan?” jawab Jossie santai.
“Mengapa bersantai di sini, masuklah,” kata June ramah. Jossie memasuki toko dan June mulai beraksi, ia menggiring kami berdua menuju gazebo belakang.
“Nikmati waktumu, aku tak mau mengganggu kalian,” kata June dengan keramahan yang diragukan. Jossie malah diam, menciptakan suasana hening yang menyebalkan.
“Terima kasih sudah membantuku hari ini,” kataku, mencoba memecah keheningan. Jossie hanya tersenyum indah seperti biasa.
“Leil, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Oh, ya. A…pa itu, katakan saja aku mendengarkan.”
“Kau masih ingat saat kita di ruang hukuman menunggu orang tua kita datang?” ya tentu, itu saat sekolah dasar. Aku hanya mengangguk, tapi apa yang sebenarnya ingin Jossie katakan?
“Rasanya sama seperti saat ini. Hening, tak ada orang lain. Tapi aku harap kita tidak sedang menanti sebuah hukuman. Aku akan mengubah suasananya.”
“Maksudmu?” Jossie turun dari bangkunya dan berlutut di hadapanku. Menatapku lembut sambil tersenyum gugup, tapi akupun merasakan hal yang sama. Jossie mengeluarkan sebuah kotak kecil dari jasnya yang berada di meja. Sebuah cincin mungil dengan permata berkilau menyembul dari baliknya. Aku kehabisan kata-kata, Jossie…
“Maukah kau menikah denganku, Leil Grazdien?”

(Bersambung…)

Senin, 10 Agustus 2015

[Fiksi-Fantasi] 3BLOOD KEPING 6

Meet you via www.flickr.com
Warning: Fiction- Fantasy Detected Inside
Halooo, ada kabar baru. Mulai Agustus, update cerbung fiksi fantasinya mau diubah ke hari kerja aja yah. Weekend nya buat nangkep ide lanjutannya, hehehe. 
Ini dia keping 6 lanjutan dari seri 3Blood. Setelah kemarin Leil pulang diantar Jossie dan malamnya dikepung banyak fans Jossie. Dia ketemu pria misterius yang punya mata turquoise indah. Parahnya lagi, Leil ngaku pria itu kekasihnya. Sebenarnya siapa pria bermata turqouise itu? Happy reading. Jangan ketinggalan gelas kopinya yah...



LEIL
“Dia kekasihku!” teriakku lantang.
“APA??” semua mata melotot, bahkan nyaris menggelinding keluar dari tempatnya. Terkejut dengan pernyataanku yang seolah telah menyambar akal sehat mereka. Kecuali satu yang tetap tenang, pria itu hanya menatapku tanpa ketertarikan untuk melanjutkan permainan ini lagi. Aku merekatkan diri padanya supaya terlihat lebih natural juga untuk mencegahnya pergi.
“Lalu Jossie?”
“Jossie? Bukankah dia adalah temanku? Untuk apa kalian meragukan pertemananku dengan Jossie? Mana mungkin pria seperti Jossie memilih wanita yang berantakan sepertiku. Bahkan di luar sana masih banyak wanita cantik yang mengantri untuknya.”
“Kalau itu memang benar, untuk apa Jossie membagi mawar yang ia pesan dengan orang sepertimu?” rupanya video yang June jual adalah tentang hari itu. Ketika Jossie membeli seratus tangkai mawar merah dan memberikan satu  tangkainya sebagai undangan sedangkan sisanya terkirim ke rumahku dengan undangan resminya. June payah, kau mulai terasa semakin menyebalkan saja. Harus kukatakan apa sekarang untuk menghindar?
“Aaa… itu adalah ucapan selamatnya padaku atas hubungan kami.” Aku kembali menjalin kontak mata dengannya. Berharap ia tak segera bosan dengan semua kebohonganku. Tapi tatapannya seolah tak ada harapan. Ia hanya membuka matanya begitu saja tanpa rasa kesal, penasaran ataupun menikmati permainanku.
“Jadi pria ini?” tanya seorang teman, kembali. Aku sedikit ragu untuk melanjutkan kebohonganku karena jujur aku tak mengerti sama sekali tentangnya.
“Pierre,” jawabnya datar, mengejutkanku. Tak kusangka ia akan menyebutkan namanya tanpa kuminta. Ternyata ia pun bisa memerankannya dengan baik, semoga.
“Jadi Pierre, adalah kekasih Leil? Tapi mengapa kau terkesan begitu bahagia menerima mawar dari Jossie, bahkan kau melompat girang karenanya. Bukankah itu mencurigakan?”
“Itu karena Jossie bilang Pierre cocok denganku.”
Arrgh, bualanku hari ini sudah cukup menggunung hanya untuk melarikan diri dari gosip yang dijual June. Mereka masih saja menunjukkan bahwa pernyataanku belum meyakinkan padahal aku rasa aku telah kehabisan alasan untuk membual. Juga pria aneh ini, Pierre, aku tak yakin dia akan mendukung kebohonganku untuk kedua dan kesekian kalinya.
“Membosankan,” desahnya tiba-tiba.
“Maafkan kami, kami telah salah paham padamu, Leil.”
“Iya maafkan kami.”
“Maaf.”
Kerumunan pun perlahan memudar. Malam sudah sepenuhnya hadir dengan gelap yang meraja. Hanya saja temaram lampu jalan membuatku berada dalam lingkaran cahayanya. Angin berhembus sesekali, tapi tetap saja ini terlalu hening. Hanya tersisa aku dan dia dalam hening ini, seperti semula. Bagaimana aku memecahkan keheningan yang mengerikan ini?
“Maaf melibatkanmu dalam masalahku. Terima kasih atas bantuanmu, aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk membalas se…”
“Tolong lepaskan lenganku dan singkirkan kakimu dari krisanku,” potongnya cepat.
“Krisan?” fokusku langsung tertuju pada kakiku, setangkai krisan putih tengah merintih terjepit sepatuku.
“Maaf…” segera kupindahkan kakiku dari krisan itu dan dia langsung memungutnya.
“Pernyataan yang berani, nona.”
Tanpa menatapku lagi, dia langsung berlalu. Bayangnya pun segera melebur dengan gelap sekitar jalannya hingga sosoknya terbenam dalam gelap malam. Menghilang dari fokus terjauh yang bisa ditangkap oleh mataku. Pierre? Siapa dia? Tatapannya tajam terfokus tapi pandangannya kosong, terlalu indah untuk disia-siakan. Makhluk batu dari planet manakah dia? Tubuhnya sehangat mentari tapi tatapannya dingin bak gunung es Arktik.
“Siapapun kau, terima kasih!” teriakku lantang walau mungkin ia tak mendengarnya lagipula aku juga tak begitu berharap ia mendengarku.
***
LEIL
Pagi yang cukup cerah menyambutku dengan penuh keyakinan. June, tunggu aku dan akan kubuat sebuah perhitungan denganmu. Kita lihat siapa yang akan membayar lebih banyak dan juga memohon. Lain kali kau harus pilih lawan yang seimbang denganmu, June. Seperti rutinitasku, aku menunggu bus yang akan mengantarku di halte yang tak jauh dari rumah. Ternyata bus itu pun melakukan rutinitasnya juga. Ia datang sepuluh menit setelah aku menunggu. Sebelum memasuki bus, kuraih sepotong koran dengan headline yang membuatku cukup tertarik sekaligus bergetar ketakutan. Sebuah cerita lama yang akhirnya sekarang muncul kembali dengan teror yang sama. Akankah akhirnya akan sama?
NEWS PIECE, Viga—Lima orang menghilang secara misterius dalam penjelajahan hutan. Dua di antaranya ditemukan tewas di dua tempat berbeda dengan luka yang nyaris sama. Leher robek tersayat dan tubuh terkoyak. [red]
*
PIERRE
Aku berjalan menuju antah berantah, tak pernah kuhafalkan jalan dan cerita yang telah kulalui. Tapi entah mengapa, gadis gila itu masih meninggalkan sepotong memori tentang malam kemarin. Setelah kuikuti ayunan langkah kakiku, ternyata ia menuntunku ketempat yang sama. Seperti tempat yang selalu menjadi tempatku berlabuh di hari-hari sebelumnya. Sebuah nisan dengan ukiran nama yang mulai rusak tergerus zaman, membuatnya mulai terlupakan. Di bukit ini hanya ada dua nisan yang bisa terlihat dengan jelas. Kuletakkan setangkai krisan putih di masing-masing nisan.
Mengenang sesosok tubuh dengan paras lembut yang terbaring dalam timbunan tanah. Mengenang senyum menenangkannya, lagu-lagu indahnya untukku, dan tiap kata cinta yang selalu ia bisikkan di telingaku. Ia pernah mencintaiku, selalu tersenyum untuk menenangkanku dengan tulus, hingga akhirnya ia mengorbankan dirinya untukku. Mengapa? Setelah ia alirkan darah dalam nadiku, setelah jantungku berdenyut justru jantungnya lelah mengikuti detakkan jantungku. Dasar perempuan bodoh. Cinta telah membutakannya dari realita tapi entah mengapa aku tak bisa membencinya dengan segala kebodohan sempurna yang ada padanya. Dia telah mengikatku dan karena ikatan itulah aku tak bisa membencimu, ibu…
*
LEIL
NEWS SPOT: Viga Utara—Pencarian masih terus dilakukan untuk mengevakuasi tiga orang yang masih belum ditemukan.
Berita hari ini terus saja mengulas tentang hilangnya beberapa orang dalam penjelajahan hutan. Menurutku itu berita biasa sampai aku menemukan satu majalah yang secara bodoh mengungkapkan bahwa teror yang sebenarnya adalah pesta para vampir. Beberapa majalah pecinta hal gila tentang kekuatan dan keabadian kembali hidup. Bahkan mereka lebih menekankan keberadaan mereka di antara kami. Mereka lebih berani untuk menunjukkan eksistensinya. Dasar orang gila.
EVILBORN: Distrik 7—Pesta dimulai, dibuka relawan untuk upacara suci penggabungan dua darah. Para Trueblood tlah memberi tanda agar kita bersiap. Form pendaftaran tersedia di kantor EVILBORN. Manfaatkan kesempatan ini untuk dapatkan everlasting story to be immortal.

(Bersambung…)