Laman

Pages - Menu

Senin, 18 Agustus 2014

[CURHAT] Senja di Langit Rantau

Senja dari lt.4 Kanayakan

Tak ada yang peka dengan apa yang terjadi 
Tak ada yang peduli meski mayat ada dalam pelukku
Tak ada yang memahami raga dalam naungan lenganku mulai dingin ditinggal jiwa
Tak ada yang ragu bahwa aku tidak perlu
Tak ada yang tahu apa yang kumau
Tak ada yang tersipu saat langit tak lai biru
Kau tahu apa warna sore ini?

Lembayung, kataku

Senja lainnya dari sudut yang sama
Lembayung duka karena raga dalam pelukku tlah mati
Tanpa nafas
Tanpa luka
Tanpa darah
Tanpa asa

Tapi aku masih percaya, kau masih ada
Itulah mengapa lenganku masih melingkarimu
Itulah mengapa tak ada tangis meski air langit mulai bercucuran
Itulah mengapa aku masih bertahan di sini bersamamu

Lalu pada akhirnya pada siapa aku harus bertanya?
Mungkin padamu yang masih mendengarku
Senja yang rada mendung gitu
Bukankah aku harus menunggunya kembali, ibu?


SENJA JASADMU
Lorong terang di balik rimbun hijau
Rabu, 18 Juni 2014

Senin, 30 Juni 2014

[CURHAT] 19 Cerita tentang 19

1 Mei 2014 pukul 17:50
Ya Allah, lindungilah orang-orang yang aku cintai. Jaga mereka dalam cinta-Mu karena aku tahu, terkadang cinta seorang manusia berbatas dan terbatasi. Terkadang juga menyakiti, tapi mereka semua berbeda. Cinta yang mereka berikan adalah sebagian kecil dari cinta-Mu. Kasih tulus yang menuntunku untuk tegar.

Untuk kedua orang tuaku, terima kasih. Sesederhana apapun yang kalian berikan, itu sungguh indah. Ibu, terima kasih untuk doa indahmu di pagi ini. Deretan kata cinta yang selalu engkau kirimkan dalam doa tak akan aku lupa. Aku juga mencintaimu, selamanya. Engkaulah manusia pertama yang aku kenal di dunia, meskipun aku melupakan awal pertemuan kita. Bersamamu sampai umur ini, aku hanya ingin katakan satu hal.
Tak salah aku memilihmu sebagai orang pertama yang kusayangi.

hadiah kecil dari depi, ade yang nakal... 
hadiah kecil dari depi, ade yang nakal...


Untuk teman semua, aku hanyalah sebatang pohon. Seberapapun kokohnya batang, seberapapun banyaknya akar, seindah apapun ranting-rantingnya tetap tak akan bertahan tanpa daun. Kalianlah daun-daun kecil nan hebat, yang memberi sebatang pohon sebuah kehidupan. Bersama berjuang menerjang angin bernama kehidupan. Meskipun angin akan membawa  beberapa helai dari rerimbunan, tapi aku percaya akan tumbuhnya tunas baru.


pohon tanpa daun tak'kan bertahan, kan? 

pohon tanpa daun tak'kan bertahan, kan?

terima kasih...

Minggu, 27 April 2014

[CURHAT] Dear Dandelion

Kiriman rindu dari winter maple...
Untuk seorang sahabat pengagum dandelion, sama seperti aku saat terperangah memimpikan maple.
Seperti yang aku ceritakan kemarin malam, atau mungkin tengah malam kemarin.

You: Hi maple, It's autumn there?
Me : I think winter here, so cold and alone...

Masih jelas terkenang percakapan singkat malam, sesingkat kabut yang melintasi rembulan. Maaf jika kerinduanku hanya terucap lewat kata, mungkin angin belum membawa layarku mengembang menuju tempatmu berlabuh. Tapi, tiap tangkai dandelion yang aku temui sepanjang jalanku untuk pulang, seolah menghapuskan kesendirian winter di sini.

DANDELION...
Tegak berdiri meski harus sendiri, kerapuhan seolah menjadikannyatak berdaya. Di balik semua itu, aku tahu jiwa pemberaninya. Berani terbang kemanapun angin membawamu pergi. Berlabuh untuk tumbuh... Aku nanti suatu saat kau akan membuatku belajar tentang keberanian dan jiwa petualangmu itu. Ahh, aku tak terlalu pandai untuk berkata-kata sepertimu, Dandelion...

Rabu, 16 April 2014

[CATATAN] Problem Solving

Ada bermacam tahap untuk menyelesaikan masalah. Tapi gampangnya, ada 4 tahap yaitu:
1. Identifikasi, apa sih masalah yang sesungguhnya.
2. Explore, bagaimana struktur masalah. apakah masalah inti atau cuma cabangnya aja.
3. Pilih ide penyelesaian. mau yang ribet atau simpel.
4. Buat keputusan melalui pendekatan.

tipe-tipe pendekatan:
1. Rasional
cocok buat para otak kiri, menyelesaikan masalah dengan logis, menyeluruh dan langkah yang sistematis. kekurangannya, jelas saja langkah ini lama dan ribet atau the world is much too chaotic. Setuju?

2. Organik
berdasarkan pengalaman masalah yang pernah terjadi sebelumnya. jadi yang paling diutamakan adalah prosesnya. Nikmati prosesnya.

back to tahapan penyelesaian masalah ^^
5. Implementasi solusi
6. Pengawasan


sumber: bapak Sparisoma Viridi
Jumat, 19 Juli 2013
Identity
Define
Examine
Act on plan
Look at the consequences

Senin, 14 April 2014

[QUOTES] Nobody Want to be ALONES

Sendiri, pasti kalian ga mau sendiri kkan? seolah menjadi kodrat dari seorang manusia bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Bagi kalian para pecinta anime, pasti tau lah Kirito-kun si beater ada salah satu quote terkenal dari Kirigaya Kazuto nih...

 jangan pernah berpikir bahwa kau bisa hidup sendiri dan jangan berpikir bahwa seseorang akan bahagia dengan kesendiriannya.
semangat...^^

STROBILUS

[CURHAT] Kenangan dari Angan

Kadang meringkuk sendiri dalam lubang hati terasa begitu menyakitkan sekaligus menenangkan. Ibuku sayang, kadang aku rindu saat aku masih belum jadi apa-apa, rindu saat aku masih segumpal darah, timbunan daging merah yang bahkan tak mampu ucapkan kata aku sayang padamu ibu. Aku rindu saat tengah malam aku terjaga karena mimpi yang bahkan aku tak tahu bahwa itu adalah mimpi buruk. Dengan lembut tanganmu akan mencidukku dari alam mimpi. Menenangkanku dengan belaian hangatmu. Ibu, aku merindukannya. Aku rindu pelukmu. Aku selalu mendamba kehangatanmmu, peluk kasihmu, cintamu, ketulusanmu. Aku rindu segalanya tapi entah mengapa bibir ini berat tuk ucapkannya. Semakin munafik saja kurasakan diriku tumbuh, mungkin bukan inginmu. Suatu malam aku pernah mendengar kisah yang ibu bisikkan tepat di telingaku saat aku tertidur. Tepatnya pura-pura tidur. Mendengar indahnya doa dan harapan yang kau titipkan pada tubuh ini. Hanya bisa menangis, ya itulah yang kulakukan dalam diamnya aku menuju mimpi. Mimpiku selalu untuk bersamamu, kita semua bahagia bersama dalam keadaan apapun.

Ibu, disini tengah gerimis dan aku justru tak berani menerjangnya. Seperti pesanmu padaku bukan? Gerimis lebih mengerikan daripada hujan badai, kan bu? Tapi entah mengapa aku masih mencintai tetesan air yang terjatuh lembut dari langit. Saat hujan adalah saat dimana mengenang ketulusanmu akan menghangatkan tubuh bahkan jiwa yang dingin sekalipun. Hmm mungkin terlalu berlebihan, tapi setahuku cinta dan tulusmu tak pernah ada batasnya. Sepertinya gerimis tlah usai meski langit masih mendung. Tapi, ya sudahlah. Aku harus segera bergegas dari sini bukan? Sepertinya ayah sudah menungguku di ujung jalan.


Purbalingga, 17 Januari 2014
Museum Purbalingga, Jumat, 3:30 pm

Jumat, 04 April 2014

HUJAN vs ME

Selamat pagi...
Apa kabar semua? Musim apakah yang selalu mendapat rating buruk dari pemirsanya? Yap, akupun akan menjawab musim hujan kalau ditanya. Ada apa di musim hujan? Basah, dingin, jadi males, ngantuk dan lebih parahnya adalah banjir. Iya ga? Tapi itu semua bukan alasan untuk mengutuk rahmat yang Tuhan berikan lewat tetesan air ini. Banyak kok manfaatnya dan sebelum mengeluh, kita bandingkan dulu nih beberapa hujan berikut. Aku jamin kalian bakal berpikir dua kali untuk mengeluh karena hujan kalian masih hujan rintik air.

Semangat...^^


1. Hujan abu vulkanik
Beberapa minggu ini, sampul koran dan layar televisI selalu terisi berita tentang meletusnya beberapa gunung di Nusantara yang seolah janjian. Hujan abu  terjadi karena erupsi gunung berapi. Memang tidak memunculkan efek basah tapi malesnya tetap ngikut. Tapi jangan salah, hujan abu vulkanik justru lebih berbahaya daripada hujan air. Mengapa?

Abu lembut yang terasa sangat halus ini mengandung unsur silika yang biasanya digunakan untuk bahan dasar pembuatan kaca. Jika abu vulkanik ini terhirup dan memasuki paru-paru maka ia dapat merobek selaput yang melindungi paru. Berbahaya bukan?

2. Hujan asam
Bukan hujan yang airnya terasa asam, tapi air hujan yang telah terkontaminasi asam dengan karbondioksida di udara.hujan ini punya sifat korosif alias mengikis benda-benda dari besi danmenjadikannya berkarat.

3. Hujan/badai pasir
Pasir datang terbawa angin dengan kecepatan dahsyat yang akan menenggelamkan semua yang berada di lintasannya.

4. Hujan salju
Beruntung Indonesia berada di khatulistiwa jadi tak mengalami hujan dan juga banjir seperti yang satu ini, terbayangkan kalau di Jakarta turun salju setebal ini. mau macet sepanjang apa lagi? iya kan...



Pembaca: Maaf apa ini kelas pelajaran geografi.
Saya: oh iya, akupun tahu, cuma lagi nostalgia. <SKIP

Bagaimanapun bentuk hujan yang turun di atas kepala kalian, syukuri aja. Toh apapun yang Tuhan berikan selalu menjadikan manfaat bagi ciptaan-Nya. Meskipun terkadang kesadaran akan manfaat itu datang setelah badai berlalu. Tapi Tuhan tak pernah memberi deadline untuk bersyukur, bukan?
yakin bahwa setelah mendung akan datang terang.

Seperti ini... semangat...^^


Rabu, 26 Maret 2014

VIEW OF THE DAY

Relaks, tak harus pergi badan keseluruhan. Cukup dipandangi saja, akan terasa  betapa sejuk yang mengalir ke dalam diri. Benar bukan?

eureka springs, north AR, USA

TANPA JUDUL BUKAN BERARTI TANPA ARTI

Ini bukan tentang langit maupun bumi.

Ini bukan hanya tentang dongeng dari negeri nun jauh di sana.

Ini bukan sinopsis dari kumpulan jurnal tahunan. 

Ini bukan ceramah Jumat yang akan membuatmu tertidur karena dalamnya makna. 

Ini bukan laporan dari jalanan yang pernah kau, aku, dia dan mereka atau kita pernah lewati. 

Ini bukan opini dari satu sisi yang hanya bisa kulihat.

Ini bukan report maupun record suatu fenomena.

Ini bukan pernyataan perang, bukan juga perjanjian damai. jika memang masih ada perang.

Ini bukan surat simpati, aku cinta padamu ataupun surat empati, maaf aku turut berduka cita

Ini bukan biografi, karena aku bukanlah orang yang hebat untuk diceritakan dalam sebuah buku 
dengan bingkai kata 'biografi'.

Ini bukan tulisan sejarah yang pernah disampaikan guru sejarah di sekolahmu.

Ini bukan pula surat wasiat dari seseorang yang tengah sekarat.

Jadi ini apa? 

Makhluk aneh dari planet mana yang menuliskan kisah tanpa judul yang abstrak seperti ini? Deretan kata yang terdengar tanpa makna yang sulit dipahami. Lalu tulisan apa ini? Pasti semua pertanyaan itu yang ada di pikiranmu, bukan?

Ya, pertanyaan itulah yang bergelayut di benakku juga, apa yang sebenarnya kutuliskan disini?

...

Kamis, 20 Maret 2014

KISAH SI IMPOSTER

Be a good girl, please.
Buatan saya loh, hehe promo.

Dikenal untuk dijauhi? Tidak lagi

Mungkin kata imposter masih terdengar asing di telinga Indonesia, tapi bukan berarti ia tak ada di sini. Bisa jadi tetanggamu, saudaramu, temanmu, orang tua, kakak, adik atau bahkan dirimu sendiri adalah pengidap sindrom imposter ini.

Tak kenal maka tak sayang bukan? Yap, jika masih ambil kata dari si pepatah tua. Baiklah, mari berkenalan dengan si imposter. Lihatlah baik-baik dan genggam tanganku jangan sampai lepas atau kau akan terjebak di dunia imposter yang penuh monster [sebenarnya tidak]

Seseorang dengan imposter selalu mempunyai kecenderungan untuk meraih puncak sukses dengan mudah, bahkan dia akan menganggap semua yang dia raih adalah kebetulan. Rata-rata pengidap imposter adalah orang-orang sukses, bukan berarti semua orang sukses mengidap imposter. Tapi kali ini, tak akan kupanggil dokter untuk menjelaskan secara klinis cukup cerita ringan tentang bagaimana para imposter menghadapi dirinya sendiri. Cari kamus tebalmu, klik kamus online atau cukup baca saja di sini. Imposter berarti penipu dalam bahasa Inggris. Loh kok penipu? Penipu yang gimana?

Penipu ini lebih sering menipu diri sendiri, sering terlihat biasa saja tapi di dalamnya terluka. Mereka cenderung tak mau mengungkapkan semua luka yang selamanya selalu ia pendam. Untuk menangispun, mereka harus memilih tempat yang tak terlihat oleh orang lain. Kebangkitan imposter dalam diri seseorang akan terlihat dari caranya menghadapi kemunduran prestasi. Imposter akan menyalahkan orang lain satu kali dalam makiannya, tapi beribu kali untuk dirinya sendiri. Memaafkan diri sendiri adalah masalah terbesar para imposter, bahkan saat tak ada celah lagi untuk menghujat niat untuk menghukum si pembuat kesalahan (dalam hal ini adalah dirinya sendiri) mulai muncul. Hal ekstrem nan nekat mampu dilancarkan tak peduli bahwa tubuh berdosa itu adalah tubuhnya sendiri.

Tips menghadapi para imposter:
1. Terkadang mereka adalah penyendiri yang tak menghendaki perhatian berlebih dari orang lain, saat ia tengah bersama imposternya berikan dia waktu luang untuk memahami dirinya sendiri. Biasanya pelampiasan yang dipilih adalah diam, menangis sendiri dalam gelap, biarkan mereka melakukannya.

2. Jauhkan kemarahan mereka dari benda yang memiliki potensi untuk melukai. Terkadang luapan emosi yang tak terkendali menjadikan mereka lupa diri.

3. Jangan pojokkan dia dengan pertanyaan yang menuntut kebenaran dari lukanya. Hal ini hanya memicu sikap defensifnya menguar. Tunggu sampai dia merasa nyaman dengan keberadaan orang lain dan tungggu sampai dia siap untuk membaginya. Sabar, kunci paling tepat.

4. Ada hal yang unik dari para imposter, yaitu perubahan emosi yang  tak dapat diprediksi. Terkadang menikmati kesendiriannya tapi sesekali merasa sendiri adalah jurang terburuk. Jadi berhati-hatilah menebak mood si imposter, yang terpenting adalah jaga semangatnya dan terus berikan motivasi saat ia berani mengungkapkan kebenaran dirinya pada orang lain. Mereka yang berteman dengan imposter bukanlah orang gila, psikopat maupun monster jadi saat mereka terbuka, kita harus menerima apa adanya mereka. Bukan lari dan meninggalkannya di jurang itu sendiri, lagi.

Semangat... ^^

Mencari Mata Air di balik Air Mata

Seberapa banyak air yang kalian gunakan untuk mandi pagi ini? Sudah berapa liter air yang masuk ke tubuhmu, hari ini? Pernahkah membayangkan saudara-saudara kita yang bahkan harus menantinya dalam harap cemas, khawatir akan ketersediaan air bersih bahkan hanya seteguk. Seberapa banyak volume air di bumi ini?


70,8% permukaan bumi diselimuti oleh air. Banyak ya? Tidak juga, karena itu hanya 3% dari 1,4 milyar kilometer kubik volume air. Krisis air mungkin saja terjadi, bahkan sebagian penjuru bumi telah ditelan krisis mengerikan ini. Bermacam wajah kekeringan tetap saja menjadi momok mengerikan, dengan ancaman nyata yang geraknya selalu tak terlihat. Bukan hal yang mustahil jika suatu saat air menjadi kebutuhan pokok yang tak ternilai harganya. Sementara kita, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, sudahkah kita bersiap untuk menghadapi kenyataan terburuk dari murkanya bumi?

Kebutuhan yang meningkat akan air di tengah krisis akan memicu manusia untuk mengabaikan standar kesehatan demi setetes air yang lebih berharga daripada uang. Pernahkah membayangkan seberapa pelik masalah ini akan muncul? Seberapa aman generasi tak berdosa akan menanggung buah dari keserakahan manusia yang hidup sekarang?

Ironisnya, di tengah isu lingkungan yang selalu dikoarkan, seolah tanpa langkah dan aksi nyata. Segalanya masih seperti apa adanya lingkungan buruk yang bahkan tak bisa disebut sebagai lingkungan layak huni bagi manusia. sayangnya, itu terjadi karena manusia sendiri. Sungai dan sumber air tawar yang jumlahnya tak sebesar sumber air asin bahkan seolah tak mampu berperan banyak selain menjadi tempat sampah. Perusahaan-perusahaanpun terkesan malas untuk mengolah 'hajat' mereka sehingga dengan mmudahnya mereka menggelontorkannya ke sungai. Masih ada saudara kita jauh di luar sana yang bahkan harus berjuang mati-matian untuk mengakses air bersih. bisa jadai, kitalah selanjutnya.

Siap untuk bergerak? Hargai air dan cintai bumi. Dimulai dari diri sendiri dan langkah yang pasti bukan hanya janji. Ramaikan #water day untuk siapkan pikiran dan nurani untuk melangkah. Menuju tanggal 22 Maret 2014, Hari Air Sedunia. Save water, save the future

Air adalah sumber hidup manusia. Manusia tanpa makanan satu hari saja masih dapat bertahan tapi manusia tanpa air yang memnuhi kebutuhan akan menjadi malapetaka. Mulailah dari sekarang selamatkan air dan selamatkan hari esok.


Sumber data:
http://km.itb.ac.id/site/manajemen-air-sebuah-pandangan-tentang-keseimbangan-airimbangan-air/
gambar: https://plus.google.com/u/0/

Jumat, 07 Februari 2014

INNOVA: Semiotika

Semiotika

Perayaan kelulusan sekolah justru menjadi jalan menuju kematian. Semua kacau, teror kematian bergema di tiap dinding tertulis dengan tinta darah. Aku dan Ozan, sahabat terbaikku dan bisa dibilang dia kekasihku, menempuh jalan yang berbeda demi tujuan yang sama, mencari jalan keluar untuk teman yang lain karena kunci menuju pintu keluar ada di tangan kami. Kini…

Tiba-tiba lantai yang kupijak bergerak halus, bercak merah terbit dari kedalaman keramik putih. Beberapa berjingkat menghindari cairan merah nyata yang kian membludak. Pekik kengerian langsung terlepas, aku mencoba mengingatkan rombonganku untuk tenang, tapi percuma. Aroma amis darah menguar, semakin menguatkan kami bahwa permainan ini semakin nyata. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruang ini, tak ada pintu, jendela maupun sedikit celah untuk lari. Kini dindingpun ikut bergetar membentuk pola asing dengan tekstur kasar. Awalnya absurd, setelah kuperhatikan sepasang mata besar, lebar dan mengerikan diam menatap kami. 

Mengintai langkah kami supaya tetap terpaku di lantai beraroma amis. Hidung tipis mulai menyembul dari datarnya dinding. Anehnya, aku bisa merasakan desah nafasnya yang menerpaku. Seolah mengendus aroma tubuh mana yang paling dia sukai, mencicipi cita rasa bongkahan daging muda dalam kacaunya gelombang adrenalin. Perlahan, segaris mulut mulai terbentuk lengkap dengan gambaran penuh taring, menyebar aroma bangkai ke udara, amis darah beradu dengan melati pemakaman ikut menguar. Perutku seolah lepas dari tubuh, meninggalkanku sendiri. Mual, bergejolak terus berdebam di dalam sana, bak jet coster. Puluhan pasang tangan merekah dari tiap kegelapan dan menyeret satu persatu dari kami. Aku yang tersisa dan kini mulut lebar itu menelanku. Setelah kubuka mata ternyata aku berada di lorong lain. Pintu terakhir.

Kini aku sendiri. Kalaupun aku selamat, bukankah itu egois? Aku meninggalkan semua teman satu sekolahku terkurung di sini. Aku bahkan tak tahu mereka masih bertahan atau tidak setelah satu orang gila memulai permainan maut ini. Kini aku berjalan di lorong hening nan gelap, hatiku kosong nyaris tak mau melangkah lagi mencicipi rasa baru dari ruang dihadapanku. Habiskah adrenalin dalam diriku? Kegelapan total berisi jerit mengerikan dan lambaian tangan yang tak jelas tuannya mengejarku, aku segera berlari menuju pintu terakhir dengan sisa tenaga.

Sebuah ruang luas penuh peti mati yang seragam. Tapi, kutemukan sebuah peti yang berbeda, berwarna hitam pekat dengan ornamen berbau kematian. Kuarahkan senterku untuk melihat detailnya. Ukirannya begitu rumit, kelelawar, tengkorak, sulur mati, mata tajam, jantung terhujam belati, gagak dan melati hitam dalam beberapa model terjalin rapi menghiasi tepian peti. Tanpa ragu, tanganku bergerak menuju sisi-sisinya. Kugeser bagian atas peti itu, suara deritan mengudara. Perlahan aku mengintip isinya. Sesosok gadis diam di sana, kaku dan beku. Kedua lengannya terlipat dengan hiasan krisan putih, gaun hitam indah terbalut ke tubuh mungilnya.Tampak begitu sempurna walau tanpa nyawa, wajah pucatnya tegak menghadapku, kedua matanya tertutup sempurna hanya menyisakan bulu matanya  yang lentik penuh keindahan, yang membuatku beku adalah, gadis itu… diriku?

Sempat aku berpikir apakah aku pernah mati? Apa aku tlah mati sebelum aku mencapai ruang ini? Kubaca sederet kata yang menghiasi bagian samping peti. Yang mati tak akan kembali. Yang mati tak akan kembali. Yang mati tak akan kembali. Yang mati tak akan… Arrgh, tiba-tiba ingatanku mengajakku terbang ke suatu peristiwa di suatu masa yang bahkan aku tak tahu bahwa aku memiliki memori seperti ini. Aku melihat diriku di masa lalu bersama seseorang, ia menghindarkanku dari kematian tapi justru nyawanya yang menghilang. Jurang, ia meraih tanganku menggenggamnya erat tapi aku justru membawa dia jatuh bersamaku. Aku mengingatnya, dia memeluk tubuhku dan kami terjatuh bersama ke dasar jurang, jantungnya hancur dan aku bahkan melupakannya. DEG! Ozan. Aku segera berbalik dan menemukannya di hadapanku dengan seringai mengerikan.

“Kini kau mengingatku, Liana?” Aku masih diam tak percaya, Ozan yang di hadapanku adalah saudara kembarku yang dulu terenggut. Aku mengangguk pelan.

“Ucapkan namaku, aku ingin memastikan bahwa kau tak melupakanku lagi.” Ozan, saudara sejiwaku. Derai air mata menghias mataku seraya aku mengucap namanya pelan sambil terbata.

“Fa…ozan…” 

Beberapa wajah yang kukenal mulai bergabung bersama Ozan, berdiri di belakangnya lalu melontarkan tanya yang sama. Tiba-tiba diriku dalam peti bergerak, jemarinya menggenggam kedua lenganku sementara Ozan dan yang lainnya bergerak mendekatiku. Mata mereka entah mengapa terlihat penuh dendam. Aku hanya mampu berteriak liar sambil mencoba mengayunkan pisauku ke segala arah. Ozan hanya tersenyum padaku, menatapku seperti terakhir kali aku menatapnya. Memori itu semakin menguat bahkan sampai remah terkecil di hari itu.

“Faozan Mahardika.” 

Aku terus menggeleng tak percaya, semua ini terasa sangat nyata. Juga semua temanku, Ara, Ira, Candra, Kinur, Bunda Zahra, Pak Budi dan semua seolah menghakimiku di ujung putus asa. Akhirnya tangan kananku bisa lepas dari aku- yang lain. Pisauku pun berhasil menembus jantungnya, seketika darah merah segar mengucur. Bukan dari tubuhnya, tapi dari jantungku. Apa yang terjadi? Mataku langsung terbelalak saat sakit itu semakin menghujam. Perlahan, bayangan semua orang memudar yang ada hanya kabut gelap sebelum tubuhku mulai jatuh. Belum sampai aku menyentuh lantai, aku tlah berada dalam dekapan Ozan. Senyum mengembang indah, tatapannya begitu menenangkan seolah menyambut kehadiranku di sisinya.

“Kau berhutang jantungmu padaku, lagi.” 

Senyumnya menghiasi sisa jendela mataku sebelum akhirnya gelap.
*

Samar, kegaduhan mulai merambah telingaku dan menuntun mataku untuk terbangun. Ara, Candra, Kinur, Ira, Dewi, Vita dan semua temanku serta beberapa guru tengah memandangku dengan desah kelegaan. Candra memeluk tubuhku yang masih linglung.

“Darah,” 

Aku segera merosot dari peluk Candra dan memeriksa tubuhku, jantungku utuh. Tak ada luka, darah maupun sakit. Mereka menatapku kebingungan. Apa ini hanya mimpiku saja, tapi Bunda Zahra mengabarkan bahwa ini memang terjadi, lima anak menjadi korban malam ini termasuk Ozan. Sekolah terbakar karena kecerobohan beberapa anak yang ketakutan. Tapi tak ada yang percaya bahwa Ozan tlah mati sebelum ini dan dia melakukannya hanya untuk mengembalikan memoriku. 

Kembali kupandangi bangunan sekolah yang sebagian memerah dilalap api. Ya, semua tlah berakhir bukan? Kau benar, yang mati memang tak akan kembali tapi kenangan akan dirimu tak akan terhenti. Aku janji.
-O-